Pengelolaan Sawit Berkelanjutan Berbasis Teknologi sebagai Upaya Melawan Kampanye Negatif Sawit Indonesia di Pasar Global

289
Melihat besarnya kontribusi sawit di Indonesia maka banyak negara yang iri dengan produktivitas dan nilai ekonomi sawit dengan melancarkan kampanye negatif atau black campaign terhadap sawit Indonesia. Foto: KAGAMA.CO/Jos
Melihat besarnya kontribusi sawit di Indonesia maka banyak negara yang iri dengan produktivitas dan nilai ekonomi sawit dengan melancarkan kampanye negatif atau black campaign terhadap sawit Indonesia. Foto: KAGAMA.CO/Jos

KAGAMA.CO, JAKARTA – Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) terbesar di dunia.

Indonesia juga pengekspor CPO terbesar yang dikirim ke berbagai negara sehingga menghasilkan devisa sangat besar.

Berdasarkan laporan Kementerian Koordinator Bidang Preekonomian tahun 2021, tercatat bahwa sawit menyumbangkan 3,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau senilai Rp595 triliun dari total Rp17 ribu triliun PDB Indonesia di tahun 2021.

Sawit juga menyumbangkan nilai yang signifikan terhadap ekspor Indonesia tahun 2021, di mana ekspor CPO mencapai 13,5 persen atau senilai US$31,2 miliar dari total nilai ekspor sebesar US$231 miliar.

Baca juga: Tanaman Sawit Bisa Menjadi Pilihan untuk Menghijaukan Kawasan Lahan Terbengkalai

Dari kedua data tersebut tampak peran sawit yang sangat besar dalam perekonomian nasional, bahkan ada kecenderungan meningkat nilainya dari tahun ke tahun.

Melihat besarnya kontribusi sawit di Indonesia, maka banyak negara yang iri dengan produktivitas dan nilai ekonomi sawit dengan melancarkan kampanye negatif atau black campaign terhadap sawit Indonesia.

Republik Indonesia seringkali mendapat sorotan dan tuduhan negatif dari dunia internasional, khususnya pasar Eropa.

Beberapa negara menganggap bahwa masalah menanam kelapa sawit di tanah gambut dan hutan primer dan grassland penyebab emisi gas rumah kaca.

Baca juga: Benarkah Kebun Sawit Penyebab Kerusakan Hutan Dunia?

Dari latar belakang tersebut, pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi strategi pemerintah Indonesia dalam mengatasi black campaign sawit untuk meningkatkan ekspor CPO.

Salah satu hambatan yang dilakukan Eropa adalah penerapan Renewable Energy Directive (RED) II.

RED II dimaksudkan hanya untuk mengatur sejauh mana biofuel (termasuk CPO) tertentu dapat dihitung oleh negara-negara anggota Uni Eropa (EU) untuk mencapai target energi berkelanjutan mereka.