Baca juga: Berdayakan Warga Terdampak Covid-19, KKN UGM Daring Kembangkan Agro-Edu-Wisata di Bantul
Penyakit komorbid menurut dokter yang mengambil spesialis penyakit dalam di FK UGM pada 2008 itu di antaranya adalah penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung, stroke, kanker atau autoimun.
“Sedangkan Joko dan Fauziyah memberikan testimoni bagaimana mereka bisa terpapar dan berjuang untuk sembuh dari Covid-19,” ucap Ical.
“Joko menjelaskan dirinya terpapar di lokasi kerja dan Fauziyah terpapar dari ibu kandungnya yang meninggal karena positif Covid-19.”
“Mereka berdua juga berbicara tentang isolasi mandiri dan asupan makanan atau vitamin yang dimakan untuk memperkuat imun tubuh.”
“Intinya juga untuk selalu berpikir positif dan jangan stress, supaya imun bisa terjaga,” terang alumnus Fakultas Kehutanan UGM ini.
Baca juga: Relasi Kekuasaan Jadi Alasan Mengapa Kekerasan Seksual Ada di Dunia Pendidikan
Menurut Ical, kesimpulan dalam webinar KAGAMA Weekend Sharing tersebut adalah munculnya fenomena penambahan kasus Covid-19 dengan gejala bervariasi.
Mulai dari tanpa gejala, gejala ringan, sedang, dan berat. Bahkan ada pula yang sampai menimbulkan korban meninggal.
Covid-19 bisa berdampak berat pada beberapa kondisi komorbid. Misalnya hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, stroke, kanker, dan autoimun.
Sedangkan orang yang rentan berisiko terinfeksi orang dengan usia di atas 60 tahun, anak-anak, dan wanita hamil.
“Untuk penanganan kasus sedang sampai berat dirawat tim medis kolaboratif di RS,” tutur Ical.
“Sedangkan kasus ringan atau tanpa gejala bisa isolasi mandiri di rumah atau tempat yang disediakan pemerintah.”
Di akhir acara, senior KAGAMA Balikpapan, dr. Subandi, dan pengurus PP KAGAMA, Bambang Supriambodo, memberikan apresiasi kepada KAGAMA Balikpapan.
Yakni untuk terus memberikan dukungan dan tindakan nyata demi membantu Pemkot Balikpapan mengatasi Covid-19. (Ts/-Th)
Baca juga: Berbagai Kerja Sama yang Harus Dikuatkan Lewat Hubungan Bilateral Indonesia-AS
