“AS turut mengembangkan wawasan dan pengetahuan baru bagi ilmu sosial, beberapa diantaranya seperti Ilmu Hubungan Internasional, Antropologi, Ekonomi, dan Perdesaan” ujar alumnus Ilmu HI UGM angkatan 1970 itu.
Ada pula kepentingan AS di bidang ideologi dan pandangan. Pada masa orde baru, kata Mohtar, ilmuwan politik AS, Samuel Huntington banyak memberikan ceramah kepada orang Indonesia tentang pentingnya orde dan mengesampingkan soal keadilan dan kebebasan.
Pandangannya menjadi cikal bakal pembangunan Indonesia di era orde baru.
Sekitar tahun 1950, sebagai negara dengan kemajuan industri filmnya, AS meminta Indonesia untuk membuka akses impor film Hollywood. Untuk itulah dibentuk American Motion Picture Association Indonesia.
“Dengan segala hubungan yang terjalin dari berbagai bidang sejak lama dan menguasai sebagian yang dimiliki Indonesia. Kita bisa melihat adanya power yang kuat dari AS. Tetapi, jangan lupa juga, di sisi lain negara ini juga dianggap sebagai pengacau,” ungkap lulusan Ohio State University ini.
Baca juga: Nezar Patria: Fakultas Filsafat UGM adalah Sekolah Kepenulisan Terbaik di Indonesia
“AS turut membantu pembentukan Pemerintah Revolusioner Repulic Indonesia (PRRI) Permesta, sebuah gerakan pertentangan antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat.”
“Para penulis yang membahas peristiwa ini menyebutnya sebagai pemberontakan setengah hati. Itulah yang terjadi, AS ikut mencampuri konflik di Indonesia,” terangnya.
Mohtar mengungkapkan, dari dokumen yang dikeluarkan AS beberapa waktu lalu, sudah jelas terbukti ada keterlibatan AS dalam peristiwa pembunuhan massal tahun 1965-1966.
AS memiliki berbagai macam citra di mata masyarakat dunia. Namun, satu hal yang menurut Mohtar menonjol dari AS, mereka selalu menggunakan logika perang dingin, yaitu strategic interest.
Baca juga: Dirjen Nizam: Masa Pandemi Jadi Batu Lompatan Pendidikan Tinggi untuk Membuat Terobosan
