Denni Puspa Purbasari: Kartu Prakerja Bukan Bantuan Sosial

2046

Baca juga: Sekjen KAGAMA: Kartu Prakerja Harus Adaptif dalam Situasi Pandemi

Artinya, peserta bisa memilih sendiri pelatihan yang sesuai minat dan bakat mereka.

Para peserta diberikan kesempatan untuk bersuara melalui fitur rating program pelatihan.

Jika merasa tidak puas, peserta mungkin akan memberikan rate yang rendah pada program pelatihan yang diikutinya.

Fitur ini sekaligus memberikan masukan kepada penyedia pelatihan untuk memperbaiki atau menyempurnakan pelatihan berikutnya.

“Jadi kalau biasanya pemerintah yang mengawasi dan memberi nilai. Kali ini para pesertanya sendiri yang menjadi juri. Mereka yang bisa menilai relevan atau tidaknya pelatihan, bukan pejabat.”

Baca juga: Hadapi New Normal, UGM dan KAGAMA Siapkan Rumusan Tata Kehidupan Baru

“Ini pun bermanfaat bagi pemerintah, supaya mereka cepat mendapatkan feedback atas pelaksanaan programnya, sehingga mereka bisa terus melakukan penyempurnaan,” ungkap alumnus Fakultas Ekonomika daj Bisnis UGM angkatan 1997 ini.

Inovasi berikutnya ada pada proses pendaftaran. Untuk pertama kalinya, kata Denni, pendaftaran program pemerintah dilaksanakan secara mandiri dan inklusif.

Kartu Prakerja bisa diakses tanpa perantara. Dalam hal ini, tidak ada persyaratan untuk menyertakan surat dari pemerintah setempat terkait izin dan sebagainya.

Lembaga pelatihan untuk peserta Kartu Prakerja juga inklusif. Pihaknya terbuka bagi semua lembaga yang ingin menyumbangkan pelatihan.

“Lembaga pelatihan yang ada itu inklusif, memberikan jenis-jenis latihan yang beragam, dan kompetitif.”

Baca juga: Inovasi Walikota Genius Jebolan UGM untuk Percepat Pembangunan Desa