Ritual Pabrik Gula Orang Jawa

1220

Baca juga: Seni Gamelan untuk Ruwatan Tolak Balak Zaman Prabu Syaelendra

“Pengantin yang diarak bukan sembarang pengantin. Mereka adalah Bagus Sri Sadono Jati dan Raden Roro Sri Mulyaning Sejati,” ucap Purwadi.

“Sepasang tebu pilihan yang diambil dari Kebun Buntar dan Alastuwo, Karanganyar.”

“Sehari sebelum dikawinkan, tebu temanten tersebut juga menjalani ritual selamatan. Yakni usai dipetik dengan menyajikan tujuh kepala kerbau, midodareni, dan rias tebu temanten,” terangnya.

Dosen Fakultas Bahasa dan Seni UNY ini mengatakan, ritual Pengantin Tebu juga disertai dengan pementasan wayang kulit pada malam hari.

Di samping itu, ada juga pasar malam cembrengan yang menyajikan produk sandang dan makanan khas seperti jenang kelapa.

Pasar malam diselenggarakan selama satau bulan di area sekitar pabrik gula.

Tradisi berbeda ditemukan Purwadi di Kudus yang menggelar upacara Nggantingi.

Baca juga: Bengawan Solo, Mengalirkan Sejarah Keutamaan

Upacara ini merupakan ritual menyambut musim giling di Pabrik Gula Rendeng Kudus.

Kata Purwadi, upacara ini masih terus diuri-uri (lestarikan) pihak manajemen pabrik.

“Acara nggantingi berlangsung di halaman pabrik gula yang terletak beberapa ratus meter arah timur pusat Pemerintahan Kabupaten Kudus,” ucap Purwadi.

“Namun sebelum puncak acara Nggantingi, puluhan tempat yang dianggap mempunyai hubungan tidak langsung dengan Pabrik Gula Rendeng diberikan sesaji, seperti di sejumlah tempat di Gunung Muria dan Rahtawu.

“Tujuannya untuk melestarikan warisan budaya, khususnya petani tebu di Kudus dan sekitarnya. Mudah-mudahan tradisi ini tetap lestari,” terang pria asal Nganjuk ini.

Kemeriahan pelaksanaan Nggantingi menurutnya selalu dikaitkan dengan maju mundurnya usaha pabrik gula yang bersangkutan.

Sebab, kata Purwadi, hal tersebut menyangkut biaya yang dikeluarkan dalam acara. (Ts/-Th)

Baca juga: Menilik Sejarah Pemancar Radio dan Swaragama FM di UGM, Berawal dari Gedung Perpustakaan