Mencicipi Gudeg Tertua di Jogja, Pertahankan Resep yang Sama Hampir Seabad

645

Baca juga: KAGAMA DKI Berbagi Cerita tentang Suka Duka Penanganan Pasien Covid-19

Melintasi Zaman

Menikmati gudeg legendaris ini, kita seperti merasakan semangat Mbah Lindu yang bertahan hidup di masa lalu.

Terselip cerita perjuangan Mbah Lindu yang bekerja keras untuk menghidupi keluarga.

Tak heran ketika mencicipi gudegnya, kita tidak hanya sedang merasakan suasana Jogja atau manis gurih makanan khas Jogja dalam arti sebenarnya. Tetapi juga perasaan haru, sedih, dan bahagia di saat yang sama.

Melansir dari berbagai sumber, Mbah Lindu sudah berjualan gudeg sejak tahun 1940.

Ketika itu Mbah Lindu masih berusia 13 tahun, mengais rejeki saat zaman penjajahan Belanda dan Jepang.

Baca juga: KAGAMA Menulis V Jadi Ajang Peluncuran Buku The Story of Gondes Karya Nursodik Gunarjo

Mbah Lindu bahkan sempat bertransaksi dengan menggunakan uang sen dan benggol dengan pelanggannya.

Kesetiaannya berjualan gudeg tak diragukan lagi. 80 tahun perempuan bernama asli Setya Utomo ini, melewati berbagai zaman. Namun, usahanya itu masih bertahan hingga kini.

Bumbu-bumbu gudeg diracik dengan tangannya sendiri. Meskipun usaha ini sudah dipegang oleh generasi kedua, resep warisan Mbah Lindu tak pernah berubah.

Gudeg masih dimasak dengan cara tradisional yakni dengan kayu bakar dan durasi memasak berlangsung kira-kira 4 jam.

Cara memasak yang masih tradisional inilah yang membuat Gudeg Mbah Lindu begitu terasa bumbunya.

Baca juga: Sekarang adalah Waktu yang Baik bagi Pemula untuk Memulai Investasi