KAGAMA DKI Berbagi Cerita tentang Suka Duka Penanganan Pasien Covid-19

602

Baca juga: Pemred Koran Tempo: Yang Membuat Kita Bisa Menulis Bukanlah Bakat



Sebab, dia melihat banyak hal-hal yang seharusnya bisa dilakukan masyarakat dalam mencegah penyebaran virus. Seperti tidak abai dalam menjalankan pembatasan fisik.

Baginya, garda terdepan penanganan Covid-19 bukanlah tenaga medis, melainkan masyarakat.

“Garda terdepan adalah masyarakat itu sendiri dalam melakukan tindakan preventif. Kami adalah garda terakhir,” tutur Hening.

Hening percaya, jika memiliki kedisiplinan sikap, masyarakat akan mampu melalui fase transisi, yakni new normal, dengan kebiasaan-kebiasaan baru.

Narasumber kedua yang menyampaikan kisahnya adalah Emanuel Radit Hatibie, M.Psi.

Didit, sapaannya, memutuskan untuk menjadi relawan RS darurat Covid-19 di Wisma Atlet karena penggilan hati.

“Kalau bukan kita siapa lagi. Di sana saya jumpa banyak orang yang berangkat untuk berjuang,” kata Didit.

Pengda KAGAMA DKI Jakarta menggelar dialog bertema Being Hero in The New Normal Life, Sabtu (6/6/2020). Foto: Ist
Pengda KAGAMA DKI Jakarta menggelar dialog bertema Being Hero in The New Normal Life, Sabtu (6/6/2020). Foto: Ist

Baca juga: Dukung New Normal, Menteri Basuki Sudah Menyiapkan Instrumen Digital di Bidang Perumahan

Didit mengatakan, selama April-Mei dia bertugas untuk memantik semangat pasien yang sudah lelah.

Berdasarkan pengalamannya, stres bisa saja terjadi baik bagi pasien maupun relawan. Meskipun fasilitas yang diberikan tergolong nyaman. Walau demikian, hal itu dinilainya adalah normal.

“Di sini kami mencoba masuk untuk mengedukasi dan menguatkan. Beberapa pasien pun ada yang saling menyemangati,” ujar pria yang lulus dari S2 Psikologi Profesi UGM pada Januari 2019 ini.

Beranjak ke narasumber ketiga, yakni aktivis KAGAMA Runners, Hangga Ady Cahyanto, S.I.P., M.PPM.

Hangga adalah bercerita tentang perjuangannya dalam menemani salah seorang anggota keluarganya yang terinfeksi virus corona.

Awalnya, dia mengaku punya kekhawatiran menjadi penyebar bagi anak-anaknya.

Namun, Hangga memilih menjadi pahlawan dengan mengantar dan menemani anggota keluarganya itu. Meskipun dengan selalu waspada dan menjaga jarak.

Baca juga: Strategi Pemkot Jogja Optimalkan KBM di Rumah Jelang New Normal