Pendekatan Tepat untuk Eliminasi Penyakit Malaria di Kulonprogo

396

Baca juga: Kepedulian Sosial KAGAMA Jawa Barat kepada Masyarakat Terdampak Wabah

Untuk itu, dibutuhkan adanya pergeseran perubahan sosial perilaku masyarakat.

Setelah melakukan beberapa kajian dan observasi, Titi kemudian menemukan strategi tepat yang memungkinkan penyakit malaria dapat terkendali, yaitu pendekatan SBCC.

Titi melakukan uji efektivitas program penanganan malaria terhadap kewaspadaan masyarakat terhadap malaria.

Langkah-langkah tersebut meliputi analisis situasi daerah menoreh, Malaria Communication Strategy (MCS), development and pretesting, implementation and monitoring, serta evaluasi.

“Pendekatan malaria SBCC memberikan dampak terbentuknya jaringan sistem surveilan berjenjang dari desa sampai provinsi dapat mendeteksi kasus secara cepat, memastikan dapat diagnosis dan pengobatan cepat dan tepat pada masyaakat,” tulis Titi merujuk pada pemikiran seorang ahli.

Baca juga: Refleksi Gubernur BI Perry Warjiyo atas Ramadan di Tengah Pandemi

Dia kemudian memaparkan secara detail jaringan sistem surveilan. Pertama, peningkatan pengetahuan pada individu sebagai upaya pencegahan.

Misalnya malaria ditularkan oleh gigitan nyamuk pada malam hari, penggunaan kelambu berinsektisida dapat membunuh nyamuk dan menerima penyemprotan, dan sebagainya.

Sementara pada tingkatan sosial, akan mengurangi hambatan yang terjadi di keluarga, memberi dukungan terhadap pengambilan keputusan saat pengobatan, serta pemeriksaan malaria pada anak yang demam dan antenatal ibu hamil.

Kemudian pada level regulator, penting bagi pihak yang berwenang dan peduli untuk menyediakan kebutuhan obat malaria terstandarisasi, pedoman pengobatan terkini untuk petugas kesehatan, dan menetapkan kebijakan surveillan migrasi lintas batas.

Titi menjelaskan, eliminasi malaria memerlukan kerjasama dan keterlibatan secara holistik dari masyarakat, petugas kesehatan, dan stakeholder.

Keberlanjutan penanganan malaria sangat bergantung pada kesadaran masyarakat terhadap penyakit malaria dan surveilan migrasi, ketrampilan dan kemudahan akses terhadap petugas kesehatan.

“Penting juga adanya komitmen pemangku kebijakan terhadap penanganan bersama melalui kebijakan lintas batas menoreh berdasarkan daerah epidemiologi, bukan administrasi,” tulis dia menyimpulkan. (Kn/-Th)

Baca juga: Tetap Bahagia Merayakan ‘New Lebaran’ di Masa Pandemi Covid-19