Banyak Perempuan Abaikan Hoaks di Grup WhatsApp, Mengapa?

264
Jika dibekali dengan pengetahuan dan kecakapan yang tepat, perempuan akan memiliki peran strategis dalam melawan misinformasi dan ujaran kebencian digital. Foto: Reuters/Dado Ruvic
Jika dibekali dengan pengetahuan dan kecakapan yang tepat, perempuan akan memiliki peran strategis dalam melawan misinformasi dan ujaran kebencian digital. Foto: Reuters/Dado Ruvic

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Grup WhatsApp menjadi media yang memudahkan orang berinteraksi dan bertukar informasi secara cepat.

Namun, sayangnya informasi yang kita dapatkan kerap kali tak memuat fakta alias hoaks.

Sebagian orang mudah mempercayai dan sebagian lagi cukup berhati-hati menerima pesan lewat grup WhatsApp.

Bahkan, mereka yang geram pun, memilih untuk diam dari pada memancing keributan soal berita hoaks.

Peneliti dari Ilmu Komunikasi UGM, Novi D. Kurnia mengatakan, sikap diam itu biasa dilakukan oleh perempuan.

Baca juga: Wujud Kepedulian KAGAMAHUT Kalbar untuk Masyarakat Kurang Mampu di Kota Pontianak

Hal tersebut tertuang dalam hasil penelitiannya yang berjudul Grup WhatsApp dan Literasi Digital Perempuan Indonesia tahun 2019.

Penelitian tersebut melibatkan sebanyak 1.250 responden perempuan di Indonesia, yang tersebar di wilayah Jakarta, Yogyakarta, Makassar, Banda Aceh, dan Jayapura.

Novi mengerjakan penelitian pada masa Pemilihan Umum 2019, yaitu sejak masa kampanye hingga pengumuman pemenang pemilihan presiden.

“Sebanyak 74 persen perempuan cenderung mendiamkan misinformasi di grup WhatsApp karena mereka tidak ingin terlibat adu argumentasi dengan anggota lain di grup tersebut,” tuturnya.

Jenis misinformasi yang paling banyak diterima adalah politik (87 persen), diikuti gosip personal (70 persen), isu agama (68 persen), dan isu kesehatan (49 persen).

Baca juga: Rumah KAGAMA Salurkan Bantuan Sembako kepada Anak Yatim dan Warga Kurang Mampu