Berbagai Usulan Tata Kelola Global Baru Pasca Krisis Covid-19

568

Baca juga: Sejarah dan Peluang Munculnya Tata Kelola Global Baru Pasca Pandemi

Atau menjadikan WHO sebagai badan PBB yang hanya fokus pada kelompok rentan (pengungsi, pekerja migran, traveller, disabilitas, kelompok minoritas, dan sebagainya).

Berikutnya, kata Diah, yakni ususlan tata kelola global baru di bidang asuransi kesehatan.

Diah mengamati, negara-negara yang mempunyai universal health care paling tahan terhadap krisis ini.

“Mungkin saja, ke depannya masyarakat perlu berpikir bahwa asuransi kesehatan bukan urusan negara, tetapi urusan global,” terangnya.

Masyarakat semua negara perlu memiliki asuransi kesehatan. Meskipun hanya beberapa negara yang tidak memiliki, maka itu tetap akan berdampak buruk bagi negara lain.

Kemudian, tata kelola global di bidang ketenagakerjaan. Diah melihat, negara-negara yang bisa dengan cepat memberikan unemployement benefit, baik ke pekerja maupun ke perusahaan adalah negara yang paling baik ketahanannya terhadap Covid-19.

Baca juga: Krisis Covid-19 Jadi Kesempatan Masyarakat untuk Usulkan Tata Kelola Global Baru

Menurutnya penting bagi masyarakat dan pemerintah membahas isu-isu ketenagakerjaan ini di level global.

Lalu tata kelola di bidang iklim. Kelesuan ekonomi dan keterbatasan lapangan kerja biasanya menggiring negara-negara kebijakan yang pro employers, pro perusahaan besar, termasuk di dalamnya fossiel fuel companies, bank, investment.

“Ini menjadi kesempatan kita untuk mengusahakan ekonomi,” jelas Ketua Prodi S1 Hubungan Internasional UGM ini.

Diah melihat banyak orang berperilaku egois di masa pandemi. Tetapi lebih banyak mereka yang berkomentar jahat tentang perilaku egois tersebut.

Di sisi lain, banyak orang mengeluarkan kepedulian, sehingga bukan sesuatu yang utopis untuk mengusulkan tata kelola global baru.

Idea is limitedless. Jika ada kesempatan bagi masyarakat sipil global untuk mengusulkan tata kelola global, sekarang ini adalah waktu yang tepat,”
 tandasnya. (Kn/-Th)

Baca juga: Berhutang pada Kampus Kerakyatan, Alumnus Teknik Geodesi Ini Setia Mengabdi di Daerah Asal