Belajar Toleransi dari Kampung Ilawe, Muslim-Kristen Bersatu Bangun Masjid dan Gereja

1183

Baca juga: Supaya Kamar Kos Mahasiswa Tidak Lembab dan Berjamur

Sumpah adat bela pun diterjemahkan sebagai perjanjian sedarah yang menggarisbawahi bahwa mereka berasal dari nenek moyang sama.

Karena itu, tidak boleh terjadi perpecahan antara Islam dan Kristen.

Membangun Masjid dan Gereja

Rumah ibadah dibangun pada masa-masa awal agama masuk ke Kampung Ilawe.

Masjid Darul Falah didirikan dengan bantuan pemeluk Kristen.

Sementara itu, pembangunan Gereja Ismail dibantuk pemeluk Islam.

Pemberian nama Ismail pada Gereja lantaran adanya bantuan dari adik imam Masjid Darul Falah, Ismail Lobang.

Di sebelah Masjid Darul Falah, ada Masjid Nurul Ikhlas Tinahi.

Baca juga: 21 Bulan Gabriel Asem di UGM yang Berbuah Perubahan bagi Tambrauw, Papua Barat

Namun, masjid itu lebih dikenal dengan nama Masjid Ishak oleh orang-orang dari Kabupaten Alor.

Menurut Merlin, dipakainya nama Ishak dan Ismail untuk dua tempat ibadah tersebut mengungatkan pada dua anak Ibrahim dalam cerita kitab suci.

“Sekaligus menjadi penanda persaudaraan pemeluk Islam dan Kristen di Ilawe,” tuturnya.

Merlin menjelaskan, persaudaraan Islam-Kristen di Ilawe tidak hanya berwujud dalam pembanguan rumah ibadah.

Namun, juga dalam partisipasi kepanitiaan perayaan keagamaan.

Saat Natal, pemeluk Islam menjadi panitia dengan menjaga keamanan umat Kristen yang beribadah di Gereja.

Bahkan, kasidah tak jarang turut meramaikan perayaan Natal.

Merlin pun menyadari, kerukunan antaragama yang dibangun di Ilawe tidak sekadar ungkapan tenggang rasa.

Melainkan juga gotong royong dalam mendukung kegiatan ibadah satu sama lain.

“Hal-hal ini dimungkinkan oleh ikatan persaudaraan lintas agama di Ilawe yang diikat melalui satu kearifan lokal berbentuk sumpah adat bela,” katanya. (Tsalis)

Baca juga: Kenangan Ganjar Pranowo Saat Jadi Komentator Bola Bersama Almarhum Gus Solah