Mahasiswa UGM Temukan Fakta soal Hubungan Kebakaran Hutan dengan Penerbangan

635

Baca juga: Baru Dikukuhkan, Ganjar Pranowo Ajak KAGAMA Sulawesi Tengah Bikin Usaha Bersama

Dari 40 bandara yang diteliti Heri, 15 bandara di antaranya disebut mengalami penurunan jumlah operasi penerbangan.

Bahkan, lebih dari 75 persen penurunan tersebut diakibatkan karena jarak pandang yang kurang lantaran terkena paparan asap.

Heri mengatakan, jarak pandang kurang dari 1600 meter pada pagi hari dan malam hari.

Heri mengakui, pengembangan kajian deteksi asap untuk keselamatan penerbangan melalui kombinasi satelit penginderaan masih jauh dengan data aktual.

Kendati demikian, wahana satelit orbital dinilai staf BMKG ini memiliki prospek untuk dikembangkan lebih lanjut dalam mendeteksi asap dan mengestimasi jarak pandang penerbangan.

“Deteksi asap pada penelitian ini baru divalidasi berdasarkan data permukaan daratan, adapun untuk deteksi asap dan visibilitas sekitar area perairan menunjukkan karakter berbeda,” katanya.

“Ini karya yang penting bagi BMKG karena sistem otomatisasi mempercepat prediksii risiko yang ujungnya itu sistem peringatan dini, ” lanjut Heri.

Baca juga: Hasil Kajian Pakar UGM: Provinsi Papua Tengah Perlu Segera Diwujudkan

Adapun Kepala BMKG, Prof. Dr. Dwikorita Karnawati, mengapresiasi hasil penelitian ini.

Menurut Rektor UGM periode 2014-2017 ini penelitian yang dilakukan Heri sejalan dengan pengembangan teknologi deteksi titik panas atau geo-hotspot.

Sebagai informasi, BMKG juga tengah mengembangkan teknologi titik panas.

“BMKG sudah mengembangkan deteksi geo-hotspot dengan satelit Himawari,” tutur Dwikorita.

“Kami selalu update setiap sepuluh menit,” terang Dwikorita, yang bertindak sebagai penguji dalam ujian doktor tersebut. (Tsalis)

Baca juga: Setelah Panelis Debat Capres, Agus Jalankan Amanah sebagai Deputi I di Kantor Staf Presiden