Rokok Bukan Penyebab Terbesar Ibu Kehilangan Anaknya Saat Melahirkan

495

Baca juga: Inilah Sosok Rayhan Maditra, Calon Suami Isyana Sarasvati yang Lulusan Kedokteran UGM

Mereka mengambil sampel di Kota Ambon, Maluku.

Penelitian Magdalena dkk ditulis dengan judul Pengaruh Ibu Hamil Perokok Pasif terhadap Kejadian Lahir Mati. 

Penelitian tersebut dipublikasikan melalui Jurnal Kesehatan Reproduksi UGM pada 2015.

Magdalena dan rekan lantas memulai penelitian ini dengan mengumpulkan data sekunder ibu yang melahirkan bayi lahir hidup dan lahir mati di tiga rumah sakit Kota Ambon pada 2007.

Lebih lanjut, responden ibu hamil yang diambil sebagai subjek adalah yang melakukan persalinan pada usia kehamilan 28-40 minggu.

Selain itu, ada kriteria-kriteria pendukung seperti menetap di rumah selama hamil.

Berdasarkan data yang diperoleh, ada tujuh penyebab seorang ibu kehilangan bayinya kala melahirkan.

Baca juga: 20 Tahun Lalu, Mahasiswa UGM Sudah Ramalkan Komputer Bisa Pahami Ucapan Manusia

Rinciannya adalah: usia ibu, paritas (keadaan melahirkan anak), pendidikan ibu, kualitas pemeriksaan kehamilan sebelum melahirkan (antenatal care), anemia, dan rokok.

Meski demikian, rokok ternyata tidak memiliki nilai kecenderungan terbesar terhadap kasus kematian pada bayi.

Rokok hanya menjadi penyebab terbesar kedua.

Magdalena dan tim menyatakan, bayi punya risiko kematian 3,36 kali lebih besar ketika si ibu merupakan perokok pasif.

Dalam kasus ini, ditemukan 62 bayi yang meninggal saat dilahirkan.

Sementara itu, hanya ada 50 bayi yang berhasil dari ibu perokok pasif.

Di atas perokok pasif, kualitas pemeriksaan kehamilan sebelum melahirkan yang buruk ternyata menjadi penyebab terbesar bayi meninggal.

Jika kualitas perawatan sebelum melahirkan buruk, bayi bisa terkena risiko mati 3,44 kali lebih besar.

Pada kategori ini, hanya ada 40 bayi yang selamat, adapun yang meninggal mencapai 57.

Di bawah rokok, ada status anemia (3,3 kali lebih besar), tingkat pendidikan ibu rendah (2,42), paritas (2,01), dan umur ibu (di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun; 0,31), yang berturut-turut menjadi faktor penyebab kematian bayi kala dilahirkan ke dunia. (Tsaslis)

Baca juga: Nasihat dari Wali Kota Jogja buat Kamu yang Merasa Salah Jurusan