Tantangan Profesi dan Kurikulum Pendidikan Akuntansi di Era Digital

1328

Baca juga: Totalitas Kagama Karawitan Nguri-uri Budaya

“Namun, saat ini Entitas Mikro Kecil Menengah (EMKM) mengalami beberapa hambatan, seperti kesulitan akses sumber pendanaan, bergantung pada satu jenis produk, sistem pengendalian anggaran yang kurang memadai, serta kurangnya teknologi dan peralatan baru,” jelas Slamet dalam acara Lokakarya  Inovasi Pembelajaran Akuntansi Sekolah Menengah pada 23 Juli 2019 lalu.

Untuk merespon permasalahan tersebut, Internet of Things (IoT), kata Slamet, bisa menjadi jalan keluar yang bisa digunakan oleh EMKM untuk memasarkan produknya.

Selain itu, ada juga Cloud Computing yang bisa diadopsi dalam sistem EMKM, sehingga perusahaan tidak perlu membeli atau membuat software akuntansi.

“Cloud computing dapat mempermudah akuntan dalam mencatat transaksi bisnis, serta memungkinkan akuntan untuk mengakses laporan keuangan secara real time,” ujar Slamet.

Hal ini juga menjadi tantangan bagi pembelajaran mata pelajaran Akuntansi.

Baca juga: Trik Berhemat Gunakan Dompet Digital

Apalagi, peran akuntan di masa depan akan digantikan oleh Artificial Intelligence (AI).

Slamet mengatakan, pembelajaran akuntansi harus bisa mengintegrasikan isu-isu tersebut ke dalam materi pembelajaran.

“Dengan kata lain, sekolah harus mampu mengintegrasikan pendidikan dengan kebutuhan industri. Revolusi pembelajaran itu bisa dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan industri dalam praktik membuat aplikasi penyusunan laporan keuangan sederhana, pembekalan, pelatihan softskill, dan sertifikat keahlian,” tandas Slamet.

Dengan demikian, harapannya pelaku EMKM bisa bekerja secara mandiri dan modern.

Dewasa ini dibutuhkan pembaruan kurikulum berupa Education 4.0, yang nantinya diharapkan bisa bergerak secara dinamis mengikuti perkembangan zaman.

Selain keterlibatan institusi pendidikan, dibutuhkan juga peran organisasi profesi seperti IAI dan IAPI, serta para akuntan di Indonesia untuk lebih menunjukkan kompetensinya dan tampil di tingkat internasional, baik regional dan global.

Pihak lain yang tak kalah penting perannya yaitu pemerintah dan dunia usaha, baik itu lewat dukungan maupun kerja sama.

“Hal ini akan sangat berarti dalam upaya memajukan profesi akuntan Indonesia secara internasional,” pungkas Slamet. (Kinanthi)

Baca juga: Diet Gawai? Bisa Kok!