Menyambung Hidup di Pinggiran Jogja

469

Berbagai jenis bunga tersebut, menurut Ibu Widayani, sekadar pengharum dan sebagai bentuk belasungkawa terhadap keluarga yang ditinggal mati.

“Kalau tidak ada bunga, kaya terlihat tidak sumringah (bahagia) kuburane, malah gersang. Gak ada hubungan dengan mistis,” tegasnya.

Ibu Widayani juga menambahkan, jika bunga tersebut bisa juga dipakai untuk orang melahirkan dan acara peringatan weton (hari lahir). Bahkan, bunga dibeli hanya untuk pengharum ruangan atau sekadar suka dengan bunga.

Harga bunga-bunga yang dijual Ibu Widayani selalu berubah-ubah. Ketika musimnya bunga, harga bisa mencapai Rp50.000 atau Rp100.000 per tampah. Begitupun sebaliknya. Jika hari biasa, harga bunga bisa Rp10.000 per tampah.

Musim bunga biasannya tiba saat bulan Ruwah, yakni bulan sebelum bulan puasa. Bagi mereka yang mengikuti adat Jawa, pada bulan ini diperingati sebagai bulan untuk mengenang para leluhur.

Selain di bulan Ruwah, harga bunga akan naik jika dipesan untuk acara pernikahan. Ibu Widayani sudah menjadi langganan bagi para pembelinya, bahkan ketika kondisi mendesak pun, Ibu Widayani selalu menerima permintaan dari pelanggannya.

Bunga yang dijual oleh Ibu Widayani berasal dari Boyolali, begitu pun tampah yang ada juga titipan dari orang lain.

“Saya hanya jual di sini. Semua sudah dikirimi dari langganan saya, tinggal di sini saya tata dan jual,” terangnya.

Bunga yang paling mahal di jual adalah melati. Permintaan bunga melati dari pelanggan selalu banyak dibandingkan dengan bunga-bunga yang lain.

Bagi penjual bunga, tantangan terberatnya adalah ketika bunga sudah layu. Penjual bunga harus memberikan  bunga yang segar lagi harum bagi pelanggan. Jika sudah layu, tidak ada pilihan lain selain dibuang.(Sirajuddin/Magang)