Direktur Manufaktur PT Kalbe Farma, Agusta Siswantoro Paparkan Implementasi Teknologi di Industri Farmasi

658

Baca juga: Direktur Eksekutif APHI Purwadi Soeprihanto Sampaikan Strategi Penguatan Industri Material Kehutanan di Indonesia

Industri kefarmasian, kata dia, tidak akan berkembang tanpa peran apoteker.

Demi mewujudkan itu, masyarakat perlu sadar akan isu-isu yang dihadapi industri farmasi.

Pertama, dari sisi ekonomi ada persentase GDP yang naik.

Kedua, dalam hal regulasi, peraturan penggunaan obat makin ketat.

Ketiga, terkait Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yang kini sedang berusaha meratakan akses kesehatan dan kefarmasian ke seluruh lapisan masyarakat.

Baca juga: KAGAMA Filsafat Bantu Warga Kekeringan di Gunungkidul

“Terakhir adalah era digital yang membawa sentuhan teknologi pada setiap kegiatan kefarmasian, bahkan muncul ancaman profesi apoteker yang akan diganti oleh mesin,” jelasnya.

Dijelaskan Agusta, revolusi industri 4.0 memiliki dampak besar pada industri farmasi.

“Jika digambarkan melalui grafik, posisi farmasi itu ada di tengah-tengah, karena masih regulated. Sekarang orang bisa beli semua obat lewat e-commerce. Tetapi, industri farmasi kalau tidak diatur, bisa saja obat yang dijual palsu, sehingga harus ada regulasinya,” tandas Agusta.

Dia memaparkan, perubahan akan terjadi pada regulasi, terutama regulasi untuk produksi obat, realtime release produk, praktik apotek online, serta praktik Pedagang Besar Farmasi (PBF) online, khususnya pada legalisasi dan surat pemesanannya.

Perubahan berikutnya terjadi pada model bisnis farmasi.

Baca juga: Piala Bergilir Saat Mantu Jadi Media Reuni Alumni Kehutanan Angkatan 1979