Apoteker Perlu Kreatif Manfaatkan Teknologi Demi Tercapainya Pembangunan Kesehatan

974
Kasubdit Manajemen dan Klinikal Farmasi Direktorat Pelayanan Kefarmasian, Dina Sintia Pamela, S.Si., Apt, M.Farm mengatakan, pemerintah sudah memanfaatkan teknologi untuk tata kelola dan pelayanan kesehatan. Foto: Kinanthi
Kasubdit Manajemen dan Klinikal Farmasi Direktorat Pelayanan Kefarmasian, Dina Sintia Pamela, S.Si., Apt, M.Farm mengatakan, pemerintah sudah memanfaatkan teknologi untuk tata kelola dan pelayanan kesehatan. Foto: Kinanthi

KAGAMA.CO, YOGYAKARTA – Jumlah perguruan tinggi farmasi di Indonesia mencapai 264.

Jumlah ini lebih banyak dari jumlah industri di bidang kesehatan lainnya.

Hal ini disampaikan oleh Dekan Fakultas Farmasi, Prof. Dr. Agung Endro Nugroho, S.Si., M.Si., Apt. dalam Seminar Nasional dan Talkshow Kefarmasian bertajuk Perkembangan Paradigma Apoteker dalam Menghadapi Disrupsi Percepatan Inovasi di Era Revolusi Industri 4.0, pada Minggu (20/10/2019) di Hotel Grand Mercure Yogyakarta.

Data tersebut, kata Agung, menunjukkan bahwa apoteker dan calon apoteker sebetulnya punya kekuatan di Indonesia.

“Jika dikelola dengan baik akan meningkatkan eksistensi apoteker. Kita perlu mencermati tantangan dan kesempatan yang ada. Kemudian cermat mempersiapkan diri demi menyongsong revolusi industri 4.0,” ungkap Agung.

Dekan Fakultas Farmasi, Prof. Dr. Agung Endro Nugroho, S.Si., M.Si., Apt. menyampaikan, apoteker dan calon apoteker sebetulnya punya kekuatan di Indonesia. Foto: Kinanthi
Dekan Fakultas Farmasi, Prof. Dr. Agung Endro Nugroho, S.Si., M.Si., Apt. menyampaikan, apoteker dan calon apoteker sebetulnya punya kekuatan di Indonesia. Foto: Kinanthi

Baca juga: Industri Farmasi Kurangi Bahan Baku Impor

Kasubdit Manajemen dan Klinikal Farmasi Direktorat Pelayanan Kefarmasian, Dina Sintia Pamela, S.Si., Apt, M.Farm memaparkan berbagai tantangan dan peluang tersebut.

Dijelaskan olehnya, bonus demografi perlu dimanfaatkan dengan baik.

“Saat ini usia produktif menanggung usia yang tidak produktif. Usia Harapan Hidup (UHH) Indonesia mencapai 71 tahun. Tetapi, selama 8 tahunnya mengalami gangguan kesehatan. Ini yang harus kita perkecil. UHH diperpanjang, tetapi produktivitasnya juga meningkat,” jelas Dina.

Belum lagi dengan tren penyakit yang saat ini bergeser. Penyakit infeksi masih ada, tetapi jumlah penyakit tidak menular lebih banyak, sehingga Indonesia mengalami double burden.

“Terdapat lima masalah kesehatan yang dihadapi yakni, pasien Tuberculosis yang makin banyak, stunting, imunisasi, serta jumlah kematian ibu dan balita,” ujarnya.

Baca juga: Alasan Pasien Kanker Payudara Berobat ke Pengobatan Tradisional