Jebolan FEB UGM Ini Sebut Pembangunan Desa Penting untuk Kurangi Kemiskinan

241
Bambang Ismawan, alumnus FEB UGM ini yakin bila semua prinsip dan strategi pembangunan desa dilakukan konsisten selama 5-10 tahun mendatang, maka desa yang mandiri dan maju akan terwujud. Foto: Ist
Bambang Ismawan, alumnus FEB UGM ini yakin bila semua prinsip dan strategi pembangunan desa dilakukan konsisten selama 5-10 tahun mendatang, maka desa yang mandiri dan maju akan terwujud. Foto: Ist

KAGAMA.CO, YOGYAKARTA – Desa yang kerap dihadapkan pada keterbatasan infrastruktur acap kali memicu kemiskinan, sehingga membangun desa menjadi isu penting.

Usahawan sosial Indonesia, Bambang Ismawan, mengatakan, masalah-masalah laten kerap ditemui di desa. Kondisi ini menjadi sesuatu yang harus diwaspadai dan diubah.

“Perlu ada revitalisasi desa, sebab di sana terdapat marginalisasi yang kuat. Pendidikan yang diharap bisa memajukan desa, justru menarik para pelajarnya untuk keluar dari desa,” ujarnya.

Hal tersebut Bambang sampaikan dalam webinar Kongres Kebudayaan Desa, bertajuk Merajut Desa Membangun sebagai Bagian Gerakan Global, yang digelar oleh Sanggar Inovasi Desa, pada Minggu (5/7/2020).

Alumnus Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM ini menerangkan, sebelumnya tampak banyak pemuda desa berpendidikan justru tidak tertantang untuk membangun desa.

Baca juga: Rika Fatimah: Pandemi Covid-19 Mengembalikan Fitrah Bisnis yang Memanusiakan Manusia

Sementara itu, modal kelembagaan desa yang menjadi kekuatan desa, seperti gotong royong sempat surut di tengah masyarakat. Kekuatan besar yang dimiliki desa tersebut terancam termarginalisasi.

“Di samping itu, persoalan lainnya adalah terkait modal untuk melakukan kegiatan-kegiatan produksi.”

“Lembaga keuangan seperti perbankan, dengan segala prosedurnya membuat masyarakat tidak bisa mengakses modal,” jelas pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Ikatan Petani Pancasila ini.

Persoalan tersebut masih diperparah lagi dengan masalah kepemilikan lahan, terutama warga desa yang bergerak di sektor pertanian.

Mengutip dari hasil penelitian Kementerian Pertanian terbaru, Bambang mengungkapkan, lahan petani di desa semakin sempit. 80 persen petani Indonesia memiliki lahan kurang dari 0,2 hektar.

Baca juga: Strategi Bupati Jebolan UGM untuk Memulihkan Perekonomian Kubu Raya Secara Aman