Nuansa Indonesia di Deventer Belanda

518
Dengan panduan mahasiswa, para tamu pun berhasil memainkan tiga lagu dengan sangat bagus: Can’t Help Falling in Love, Burung Kakatua dan Twinkle-twinkle Little Stars. (Foto: KBRI Belanda)
Dengan panduan mahasiswa, para tamu pun berhasil memainkan tiga lagu dengan sangat bagus: Can’t Help Falling in Love, Burung Kakatua dan Twinkle-twinkle Little Stars. (Foto: KBRI Belanda)

KAGAMA., BELANDA — Deventer adalah nama sebuah kota di Belanda utara, di Provinsi Overijssel. Kota kecil dengan jumlah penduduk kurang dari 100.000 orang ini membentang di tepi Sungai Ijssel, terutama di sisi timurnya.

Keberadaan kota Deventer sudah disebut-sebut sejak abad pertengahan. Tak heran jika kota ini mendapat predikat kota tertua di Belanda, setelah Maastricht, Nijmegen, Utrecht, Zutphen dan Aardenburg.

Kota Deventer telah memiliki hubungan dengan Indonesia selama berabad-abad. Hubungan itu masih dapat dilihat dan dirasakan nuansanya pada sejumlah gedung, restoran, perusahaan, adanya komunitas Maluku dan Papua, orang-orang yang pernah tinggal di Hindia Belanda serta keturunannya, komunitas Indonesia lainnya, serta mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Hogeschool Saxion.

Sejumlah gedung, yang memiliki “hubungan kuat” dengan Indonesia, di antaranya adalah gedung Nieuw Rande, yang pernah dimilki oleh Duymaer van Twist, Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 1851 – 1856.