10 Gebrakan Dirjen Ali Ghufron Mukti untuk Membangun SDM Indonesia

3104

Baca juga: Jadi Ketua Kagamahut Dua Periode, Ir. Hartono, M.Sc Ingin Maksimalkan Peran Alumni Muda

5. Jaringan Diaspora

Sejak 2016, Ditjen SDID memanggil talenta-talenta negeri yang tersebar di seluruh dunia untuk membentuk suatu jaringan diaspora.

Hal ini dilakukan untuk membantu calon mahasiswa yang ingin berkuliah di universitas luar negeri.

“Dulu untuk mencari LOA (Letter of Acceptance) di perguruan tinggi luar negeri saja sulit, apalagi yang perguruan tinggi-nya kelas atas,” ucap Dirjen Ghufron.

“Sekarang hal itu gampang dilakukan karena kita punya orang di sana,” ujar pria kelahiran 17 Mei 1962 yang suka soto dan bermain gitar ini menyampaikan.

Lebih lanjut, Dirjen Ghufron menjelaskan, Kemenristekdikti m mengumpulkan wakil-wakil Indonesia dari 73 universitas di Amerika Serikat pada 9 November 2019 untuk menyukseskan jaringan diaspora.

Baca juga: Negara Perlu Bangun Tradisi Membuat Database di Era Digital

6. Mendekatkan Pendidikan pada Industri

Saat Dirjen Ghufron berkunjung ke Chicago, Amerika Serikat, beberapa waktu yang lalu, dia melihat adanya keterlibatan mahasiswa dalam proyek reaktor listrik efisien dari perusahaan setempat.

Fenomena itu membuat mantan Dekan FK-KMK UGM ini ingin menerapkannya juga di Indonesia.

“Mahasiswa Sekolah Vokasi (SV) UGM bisa dilibatkan ke dalam proyek. Tidak hanya mahasiswa D3, tetapi mahasiswa D4 dan sarjana terapan,” ucapnya.

Dengan demikian, dia percaya antara pendidikan dengan kebutuhan pembangunan dan kebutuhan industri akan semakin berkesinambungan.

7. Revitalisasi Dosen Vokasi  

Dirjen Ghufron ingin dosen-dosen Vokasi tidak hanya kuat dalam rangka konsep teori, tetapi juga benar-benar memahami ilmunya secara praktik.

“Untuk itu kami membikin retooling dosen. Kami juga akan memberikan insentif untuk dosen Vokasi agar melanjutkan pendidikan dan menjadi profesor,” ujarnya.

Dirjen menyebut, dulu tidak ada dan tidak boleh ada profesor di Sekolah Vokasi.

“Sekarang sudah ada beberapa seperti di Poltekkes Yogyakarta. Bahkan, di Politeknik Manado ada dua profesor,” ucap satu-satunya orang Indonesia yang menerima penganugerahan gelar Honoris Causa dalam bidang Kesehatan dari Coventry University, United Kingdom ini.

Baca juga: Dilema dan Tantangan yang Dihadapi Mahasiswa S2