Transtoto: Emil Salim Diapresiasi Karena Tolak Penghargaan, Tapi Tetap Layak Dapat Penghargaan sebagai Pejuang Lingkungan Hidup

334

Kedekatan

Transtoto yang pernah ikut menangani pengendalian konservasi tanah dan air di kawasan DAS Ciliwung (kawasan Puncak Bogor), DAS Cisadane (DKI Jakarta) DAS Cimandiri (Sukabumi) sampai DAS Ciujung di Banten serta punya kedekatan pekerjaan bersama Prof. Emil Salim merasa sangat berbangga mengenal kerja keras beliau.

Baca juga: Transtoto: Transtoto: Tantangan Globalisasi Adalah Rapuhnya Penjagaan Sumber Daya Hutan dan Kecurangan Manusia

“Beliau harus diakui sukses mengawali membangun landasan dan arah pengelolaan limgkungan hidup di Indonesia,”, tuturnya.

“Harus diakui sepak terjang beliau yang sangat cerdas dan tegas. Sebagian besar pemahaman lingkungan diawali dan dipelopori oleh Prof. Emil Salim.”

“Paling tidak jasa beliau memberikan arah kelestarian lingkungan yang hasilnya kini sudah membaik, meski masih dianggap belum buruk saat ini,” lanjutnya.

Di sisi lain seniman lingkungan, Acil Bimbo, menyatakan, “Pak Emil sahabat kami, Bimbo. Saat Pak Emil jadi Menteri Lingkungan Hidup, saya bersama Erna Witular berkegiatan di Walhi. Pak Emil seorang intelektual punya sikap dan berkarakter.”

Baca juga: Transtoto: Tantangan Globalisasi Adalah Rapuhnya Penjagaan Sumber Daya Hutan dan Kecurangan Manusia

“Sampai hari ini Lingkungan Hidup masih tetap menjadi masalah. Ini mungkin yang menjadi dasar beliau menolak pemberian award karena kecewa melihat praktik-praktik perusakan hutan yang terjadi dan penangannya yang lemah”.

Masyarakat mencoba mengira-ira apa sebenarnya yang membuat Pak Emil kecewa.

Mungkin terkait masalah peran Indonesia dalam pengendalian iklim serta berbagai konvensinya, ataukah praktik pengurangan hutan yang terjadi terus menerus sampai saat ini?

Namun kedua tokoh lingkungan Transtoto dan Acil Bimbo sepakat bahwa Prof. Emil Salim layak menjadi “Bapak Lingkungan Hidup Indonesia”. (*)