PANELTECH.US dan APKASINDO Kolaborasi Kembangkan Pupuk Probiotik Ramah Lingkungan untuk Kelapa Sawit

286

Kerja Sama PANELTECH.US dan APKASINDO

Dalam upaya bersama untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh petani sawit Indonesia dan mendorong pertanian berkelanjutan, PANELTECH.US dan APKASINDO (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) bekerja sama

Kolaborasi mereka bertujuan untuk mengembangkan pupuk revolusioner, yakni pupuk probiotik, yang akan diluncurkan pada tahun 2024.

“Pupuk inovatif ini mengoptimalkan manajemen nutrisi, meningkatkan kesehatan tanah, dan memaksimalkan praktik pertanian berkelanjutan.”

“Dengan memanfaatkan kekuatan mikroorganisme yang bermanfaat, pupuk baru ini meningkatkan ketersediaan nutrisi dan mendorong pertumbuhan tanaman yang tangguh dan sehat.”

“Yang penting, pupuk inovatif ini juga berkontribusi pada pengurangan input bahan kimia, mengurangi emisi CO2, dan mengurangi dampak buruk pupuk konvensional terhadap ekosistem,” ungkap ujar CEO PANELTECH.US Leiven Tsai dalam keterangan persnya, Senin (13/6/2023).

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Gulat Medali Emas Manurung gandeng PANELTECH.US untuk memproduksi pupuk ramah lingkungan untuk kelapa sawit. Foto: Dok. Pribadi
Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Gulat Medali Emas Manurung gandeng PANELTECH.US untuk memproduksi pupuk ramah lingkungan untuk kelapa sawit. Foto: Dok. Pribadi

Menurutnya, pupuk yang akan datang yang dikembangkan oleh PANELTECH.US dan APKASINDO berfokus pada peningkatan tingkat penyerapan tanaman.

Inovasi ini memungkinkan tanaman menyerap lebih efisien jumlah karbon dioksida yang lebih tinggi dari atmosfer selama fotosintesis.

Dengan memperkuat penyerapan karbon dioksida dalam lahan pertanian, pupuk canggih ini berusaha memberikan kontribusi yang signifikan terhadap upaya global dalam mengatasi perubahan iklim.

Kemampuan tanaman untuk menggunakan karbon dioksida lebih efektif berarti mengurangi emisi gas rumah kaca, sehingga membantu mengurangi dampak perubahan iklim.

Disparitas harga yang dihadapi oleh petani sawit di Indonesia, ditambah dengan gangguan dalam rantai pasokan pupuk, menggambarkan masa depan yang suram bagi banyak orang.

Harga pupuk yang terus meningkat dan subsidi pemerintah yang tidak memadai mengancam kesehatan dan produktivitas perkebunan sawit, dan berisiko besar bagi rantai pasokan minyak kelapa sawit global.

Selain itu, penggunaan berlebihan pupuk kimia memberikan kerugian lingkungan yang serius, termasuk degradasi tanah, pencemaran air, dan peningkatan emisi gas rumah kaca.

Namun, pengembangan pupuk inovatif yang meningkatkan kesehatan tanah, mengoptimalkan manajemen nutrisi, dan memaksimalkan praktik pertanian berkelanjutan memberikan harapan untuk masa depan yang lebih cerah dan ramah lingkungan.

“Dengan memberikan prioritas pada praktik pertanian berkelanjutan, kita dapat mendukung mata pencaharian petani sambil mengurangi dampak buruk perubahan iklim dan mempromosikan keberlanjutan lingkungan dalam pertanian kelapa sawit dan di luar itu.”

“Petani adalah tulang punggung sistem pangan kita, dan sangat penting untuk mendukung keberhasilan mereka demi masa depan yang berkelanjutan.”

“Salah satu bidang yang memiliki potensi besar bagi petani dan lingkungan adalah adopsi pupuk kimia probiotik.”

“Pupuk inovatif ini tidak hanya menawarkan keuntungan keuntungan bagi petani, tetapi juga memberikan kontribusi pada kesehatan tanah, pengelolaan lingkungan, dan peningkatan ketahanan dalam menghadapi perubahan iklim.”

“Dengan beralih ke praktik pertanian berkelanjutan, termasuk penggunaan pupuk kimia probiotik, kita dapat membangun sektor pertanian yang lebih berkelanjutan yang bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat,” jelas Leiven.

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Gulat Medali Emas Manurung (kedua dari kiri) bersama para petani kelapa sawit. Foto: Dok. Pribadi
Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Gulat Medali Emas Manurung (kedua dari kiri) bersama para petani kelapa sawit. Foto: Dok. Pribadi

Pupuk kimia tradisional mewakili pengeluaran besar bagi petani, dengan biaya pupuk mencakup 60 persen dari total biaya pertanian.

Namun, adopsi pupuk kimia probiotik dapat menghasilkan penghematan biaya yang signifikan.

Pupuk ini mengoptimalkan penyerapan nutrisi dan meningkatkan kesehatan tanah, sehingga menghasilkan hasil panen dan produktivitas yang lebih baik.

Bahkan pengurangan 10 hingga 30 persen dalam penggunaan pupuk dapat menghasilkan peningkatan keuntungan bagi petani.

Manfaat finansial ini mendukung mata pencaharian mereka dan mendorong adopsi jangka panjang praktik pertanian berkelanjutan.

Petani memiliki peran penting dalam pengelolaan lingkungan, dan penggunaan pupuk kimia probiotik sejalan dengan praktik pertanian berkelanjutan.

Pupuk ini membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan meminimalkan dampak lingkungan yang terkait dengan pupuk kimia tradisional.

Dengan menjaga konservasi tanah, mengurangi aliran nutrisi, dan melindungi sumber daya air, petani berkontribusi pada menjaga keseimbangan ekologi lingkungan sekitarnya.

Selain itu, komitmen mereka terhadap praktik berkelanjutan membangun hubungan positif dengan konsumen dan masyarakat yang peduli lingkungan.

Ketidakpastian yang semakin meningkat dalam pola cuaca akibat perubahan iklim menimbulkan tantangan besar bagi petani.

Pupuk kimia probiotik dapat meningkatkan ketahanan pertanian dengan meningkatkan kesehatan tanah dan efisiensi nutrisi.

Tanah yang lebih sehat dapat menyimpan lebih banyak air, memberikan buffer terhadap kekeringan atau banjir, dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit.

Dalam jangka panjang, investasi dalam praktik pertanian berkelanjutan dan penggunaan pupuk kimia probiotik membantu petani melindungi mata pencaharian mereka dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.

“Kolaborasi internasional antara petani sawit Indonesia, seperti APKASINDO, dan perusahaan teknologi pertanian, seperti PANELTECH.US, sangat penting untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh petani sawit dan mendorong pertanian yang berkelanjutan secara global.”

“Dengan menggabungkan pengetahuan dan sumber daya, mereka dapat mengembangkan solusi inovatif untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, meningkatkan kesehatan tanah, dan mempromosikan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan secara keseluruhan.”

“Dengan kolaborasi ini, diharapkan para petani sawit Indonesia dapat menghadapi masa depan yang lebih hijau dan menjamin kelangsungan industri kelapa sawit secara global,” pungkas Leiven. (*)