Kata Alumnus: Ilmu Biologi Penting untuk Menyelesaikan Berbagai Persoalan Pembangunan

398

Baca juga: KBRI Beijing Bawa Beragam Produk Indonesia di Event Internasional Pertama Beijing

Sejumlah kendala juga ditemui manakala pemerintah berusaha menjaga kualitas lingkungan di DIY, misalnya persoalan limbah.

Agus berujar, sejauh ini limbah hanya ditampung saja, belum diolah. Padahal tempat penampungan limbah sudah overload.

Belum lagi ditambah dengan persoalan alih fungsi lahan. Agus mengungkapkan bahwa, setiap tahun pihaknya menghadapi perubahan alih fungsi lahan sebesar 0,4 persen.

Batasan mengenai lahan hijau yang dilarang untuk dialihfungsikan masih belum jelas.

Terakhir, Agus menyoroti tantangan di bidang pertumbuhan ekonomi. Sejak pandemi, pertumbuhan ekonomi di DIY merosot, yang tentunya akan berimplikasi pada banyak aspek yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.

Baca juga: Koordinator Staf Khusus Presiden: Bali Perlu Seimbangkan antara Gas dan Rem

Agus menerangkan, pemerintah perlu memahami posisi ilmu biologi sebagai alat untuk mendesain politik dan kebijakan yang bisa membantu kelancaran SDGs.

Menurutnya, perlu ada intervensi teknologi untuk meningkatkan kualitas sumber daya alam yang dapat diperbarui, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan mengurangi alih fungsi lahan pertanian pangan dan intensifikasi lahan.

Selain itu juga perlu membangun sinergi antara riset, industri, dan distribusi, sehingga siklus ekonomi bisa berjalan.

“Mudah-mudahan usulan-usulan tersebut bisa terjembatani, termasuk juga mengembangkan produk-produk lokal DIY menjadi produk yang unggulan,” pungkasnya. (Kn/-Th)

Baca juga: Keanekaragaman Pangan Masyarakat Adat Bisa Penuhi Kebutuhan Pangan Bergizi di Masa Pandemi