Dubes Salman: Hubungan Indonesia dengan Afrika Selatan Sudah Berumur Lebih dari 325 Tahun

810

Baca juga: Mendiang Cornelis Lay, Sosok Berjasa dalam Karier Politik Ganjar Pranowo

Seperti Preferential Trade Agreement (PTA) yang telah dilakukan antara Pemerintah Indonesia dan Mozambik, beberapa waktu lalu.

“Penting melihat Afrika sebagai pasar masa depan. Daya tumbuhnya sangat pesat, seperti Ethiopia yang cukup leading,” kata Dubes Salman.

“Negara-negara Afrika pun menerapkan tarif 0 dalam memasarkan produk. Ini peluang bagi industri kita untuk melihat Afrika tidak hanya sebagai pasar.”

“Namun, juga sebagai the next processing zone, logistic hub, dan pemasaran lebih lanjut untuk negara di luar Afrika,” jelasnya.

Dubes Salman melihat bahwa Indonesia punya bekal cukup untuk melakukan diplomasi ekonomi dengan negara-negara Afrika.

Baca juga: Aksi Solidaritas KAGAMA Balikpapan untuk Tenaga Non Kesehatan Rumah Sakit

Meskipun Indonesia baru secara resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Afrika Selatan pada 1994.

Bekal yang dimaksud pria yang lulus dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis pada 1986 itu adalah sejarah.

Kata Dubes Salman, dulu pada pertengahan abad ke-17 pemerintah kolonial Belanda mengirim orang-orang nusantara ke Afrika Selatan untuk alasan ekonomi.

Namun, di kemudian hari, kegiatan force migration itu berubah menjadi pengasingan tokoh-tokoh bumi pertiwi. Di antaranya yang pernah diasingkan di sana adalah Syech Yusuf (Makassar) dan Tuan Guru (Tidore).

Bahkan di Afrika Selatan, kata Dubes Salman, masih ada 1,2 juta warga anak turun Indonesia (Malay Batavia).

Baca juga: Indonesia Butuh 100 Kawasan Ekonomi Baru agar Bisa Jadi 5 Besar Dunia