Kuliner Indonesia Masih Belum Populer di Dunia, Begini Tantangan dan Solusinya

317

Baca juga: Ayo Ikuti Kompetisi Masker Khas KAGAMA Balikpapan dan Rebut Total Rp20 Juta!

“Misalnya, tomyam di berbagai negara dan negara asalnya sendiri juga rasanya cenderung sama. Beda dengan Indonesia, misalnya soto, ada beragam jenis yakni soto banjar, soto jakarta, soto bandung, dan sebagainya,” tutur alumnus Ilmu Hubungan Internasional UGM angkartan 1983.

Hal ini menjadi konsen Kemenpankraf di tahun 2012-2015 untuk mengidentifikasi kuliner nusantara. Mereka kemudian mengeluarkan buku yang memuat 30 ikon kuliner tradisional Indonesia dan mempromosikannya.

Salah satu negara yang menjadi tujuan promosi adalah Italia. Agus menuturkan bahwa Italia menjadi negara yang begitu cinta dengan kulinernya, sehingga sulit untuk menerima kuliner dari negara lain.

Namun, ketika Indonesia mencoba memperkenalkan kulinernya di sana, Agus bersyukur karena kuliner Indonesia bisa diterima dengan baik oleh penduduk Italia.

“Setelah tahun 2015, 30 ikon tersebut hilang begitu saja popularitasnya. Saya tidak tahu pasti penyebabnya.”

Baca juga: Dubes Salman Promosikan Produk Indonesia Sambil Rayakan HUT ke-75 RI di KBRI Pretoria

“Kemudian tahun 2019, muncul lagi 5 ikon kuliner tradisional di Indonesia yang dipromosikan oleh Kemenpankraf juga,” ungkap pria yang ahli di bidang perdagangan dunia dan kerja sama multilateral ini.

Melihat tantangan ini, Agus menyarankan agar Indonesia mempertahankan konsistensi jumlah dan jenis ikon kuliner tradisionalnya.

Supaya semakin banyak kuliner Indonesia yang dikenal dunia seperti rendang dan nasi goreng. Di sinilah gastro diplomacy dapat diwujudkan. (Kn/-Th)

Baca juga: KAGAMA Manado Bagikan Masker Sekaligus Promosikan Jenis Kera Langka