Penyebab Masyarakat Sulit Mematuhi Protokol Kesehatan

4503

Baca juga: Bupati Alumnus UGM Ini Fokus Tangani Karhutla di Tengan Pandemi Covid-19

Namun, kata Wening, di sisi lain membuka potensi masyarakat untuk tidak disiplin pada protokol kesehatan.

Mereka berpikir, fokus terhadap Covid-19 membuat mereka terbatas dalam melakukan aktivitas ekonomi dan terancam tidak bisa makan.

Kamudian ada faktor ideologi, salah satunya berkaitan dengan agama. Salah satu kaum dari agama tertentu di Amerika, menolak memakai masker.

Sebab, kata Wening, wajah manusia merupakan represtasi wajah Tuhan, sehingga tidak perlu ditutupi.

Selanjutnya ada faktor budaya. Misalnya, masyarakat Indonesia, dewasa ini suka dengan budaya nongkrong dan berkumpul.

Baca juga: Sekjen KAGAMA: Perubahan Kebiasaan Baru Butuh Paham Sosial-Budaya Masyarakat

Physical distancing membuat masyarakat bosan dan jika ini terus dibiarkan, tentu akan membuka potensi penularan.

“Memahami budaya sangat penting dan membantu mendesain dan mengimplementasikan aturan. Masyarakat sangat multidimensional dan beranekaragam,” jelas dosen yang menekuni bidang gender dan politik identitas itu.

“Belum lagi masih ada kompleksitas di dalamnya seperti benturan gender dengan kelas sosial, faktor usia dengan geografis, etnisitas dengan geografis, dan sebagainya,” ungkapnya.

Seperti yang terjadi di Amerika, Wening mempelajari sebuah hasil riset yang menunjukkan adanya keterkaitan antara maskulinitas dengan penolakan penggunaan masker.

Dia menjelaskan, jumlah kasus positif Covid-19 terbanyak terjadi pada laki-laki.

Baca juga: Denni Puspa Purbasari: Kartu Prakerja Bukan Bantuan Sosial