Baca juga: Tiga Prediksi yang Mungkin Bisa Terjadi Setelah Pemerintah Terapkan Kebijakan New Normal
“Peningkatan kasus tadinya sampai 40 persen kemudian menurun jadi 23 persen. Lalu 16 persen sampai 9 persen,” ungkap alumnus Ilmu Hubungan Internasional UGM angkatan 1985 ini.
Adji melihat warga sangat mematuhi kebijakan partial lockdown. Mereka percaya kebijakan ini bisa memutus rantai penularan Covid-19. Beberapa kota di Austria tampak sepi dari aktivitas.
Selain pembatasan sosial, pemerintah Austria juga meningkatkan infrastruktur kesehatan, meskipun sistem kesehatan Austria sudah dinilai cukup baik. Hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga jika terjadi lonjakan kasus.
Peningkatan infrastruktur tersebut, kata Adji, tidak hanya dengan membangun faskes baru. Tetapi, juga mengalokasikan beberapa gedung atau ruang publik sebagai tambahan ruang rawat inap pasien.
“Austria juga mendatangkan alat dan tenaga kesehatan dari luar negeri. Walaupun, sebetulnya sudah bisa memproduksi sendiri, tetapi pemerintah khawatir produksi dari negeri sendiri tidak akan cukup,” ungkapnya.
Baca juga: Ketua KAGAMA Farmasi Jelaskan Cara agar Indonesia Lepas dari Ketergantungan Alat Kesehatan Impor
Seiring dengan penurunan kasus, pemerintah Austria mulai menerapkan pelonggaran pembatasan sosial pada 14 April.
Tahap pertama, toko dan taman publik dibuka. Tetapi masih belum diperkenankan mengadakan perayaan keluarga.
Tahap kedua, 1 Mei, partial lockdown berakhir, berkumpul maksimal 10 orang, dan melakukan pembatasan jarak sepanjang 1 meter.
“Tahap ketiga 15 Mei, sekolah mulai dibuka, tetapi jumlah siswa dalam kelas dan jam belajar dikurangi. Kemudian diizinkan untuk beribadah di rumah ibadah dengan protokol kesehatan ketat,” paparnya.
Tahap keempat, 29 Mei, tempat hiburan mulai dibuka. Untuk event maksimal jumlah orang dibatasi hanya 100 pengunjung, serta mulai 15 Juni diperbolehkan tidak menggunakan masker.
Baca juga: Gerakan Ekonomi Lokal Kunci Penting Kebangkitan Ekonomi Rakyat
