Perlu Pengembangan Produk Lokal dan Mekanisasi Pertanian untuk Bertahan di Masa Krisis

630

Baca juga: Alumnus HI UGM Angkatan 1989 Dilantik Jadi Staf Ahli Kemenko Marves

“Sementara di kota-kota besar itu, karena ada hambatan-hambatan logistik dan transportasi, maka konsumen di kota besar harus membayar dengan harga tinggi,” ujar dosen lulusan University of Tokyo, Jepang itu.

Di saat yang sama, para perantau di kota besar mengalami PHK dan akhirnya memilih kembali ke kampung halamannya di desa. Hal ini tentu menjadi beban tambahan baru.

Namun, sudah ada pencerahan terkait para pekerja yang kembali ke desa. Pemerintah sedang menyusun program padat karya, berupa proyek-proyek pertanian dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

Menurut Subejo, mereka yang ter-PHK saat ini tidak kehilangan peluang. Dia juga memandang, sektor pertanian menjadi peluang yang sebaiknya dimanfaatkan.

“Tidak butuh keahlian teknis yang memadai, mereka bisa menggunakan konsep urban farming. Teknis dan peralatannya sederhana, sehingga orang bisa belajar dengan cepat,” tuturnya.

Baca juga: KAGAMA Kediri Salurkan Bantuan APD dari Deru UGM untuk Puskesmas dan Rumah Sakit

Seubejo berujar, usaha di bidang makanan merupakan bagian dari sektor pertanian yang potensial di Indonesia. Berbagai produk lokal bisa dikembangkan, karena masih banyak produk lokal yang belum dikembangkan dengan baik.

“Tantangannya ada pada industry processing. Jika bisa diolah dan dikemas dengan menarik, pasti produk lokal bakal diminati banyak konsumen,” ungkap pria asal Purworejo, Jawa Tengah ini.

Adanya tuntutan pengembangan produk lokal, di sisi lain bisa mengurangi ketergantungan negara terhadap impor.

Subejo menyarankan agar masyarakat bertahan dengan merevitalisasi modal yang dimiliki. Ketika berniat mengembangkan produk lokal, maka pelaku usaha harus begerak secara inovatif.

Mekanisasi pertanian bisa jadi jalan keluar untuk persoalan produksi pertanian di masa pandemi. Bila biasanya produksi dikerjakan 20 orang, dengan mesin proses produksi bisa dikerjakan oleh 4-5 orang saja.

Baca juga:  Peneliti Alumnus UGM Sebut Hal yang Ditengarai Membuat Covid-19 di Indonesia Tak Kunjung Reda