Baca juga: KAGAMA Gelar Pelatihan Relawan Pendamping Psikologis Covid-19
Hal itu dia mulai dengan bergabung bersama Majalah Tempo sebagai wartawan (2000—2006).
Kemudian, pada rentang 2006-2011, Rommy dipercaya sebagai Produser Eksekutif Liputan 6 SCTV.
Dunia media terus digeluti oleh sosok kelahiran 14 Februari 1972 tersebut.
Dari SCTV, dia pindah ke Tabloid Mingguan Prioritas (Pemimpin Redaksi, 2011-2013), Koran Jurnal Nasional (Direktur Harian), dan TV Muhammadiyah (Direktur News dan Produksi, 2013-2014).
Baru pada 2015 Rommy beralih ke LSF RI sebagai komisioner.
Baca juga: Wujud Kepedulian KAPGAMA kepada Mahasiswa, Pensiunan dan Warakawuri Fapet UGM
Selama menjadi jurnalis, berbagai catatan mentereng diukir Rommy.
Seperti Juara I Lomba Penulisan IPTEK Dupont Industries co (Indonesia) dan Kementerian Riset dan Teknologi RI (2001).
Kemudian, dia juga pernah mendapatkan penghargaan dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta untuk kategori “Liputan Internasional” (2003).
Alumnus SMAN 1 Semarang (1991) ini juga menjadi satu-satunya wartawan Indonesia yang meliput langsung peristiwa perang di Bagdad, Irak.
Perjalanannya ke Irak tersebut kemudian dituliskan dalam buku berjudul Detik-detik Terakhir Saddam: Kesaksian Wartawan TEMPO dari Bagdad, Irak.
Baca juga: KAGAMA Care Sikapi Isu Ketahanan Pangan Masa Pandemi dengan Program Urban Farming
Rommy menulisnya bersama Ahmad Taufik (Pusat Data dan Analisa TEMPO, 2008).
Di luar kesibukannya, dia berkesempatan mendirikan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers di Jakarta pada 2003.
LBH Pers didirikan Rommy bersama rekan-rekannya di AJI Jakarta dan pengacara muda yang tergabung dalam Komite Pembela Kebebasan Pers (KPKP).
Selain itu, Rommy juga mengajar mata kuliah “Liputan Investigasi” di The London School of Public Relations (LSPR), Jakarta, sejak 2010. (Ts/-Th)
Baca juga: Pelaku Ekonomi Kreatif NTB Dinilai Ekonom KAGAMA Siap Hadapi Pandemi Covid-19