KAGAMA Dorong UMKM Perkuat Brand

186

Baca juga: Didi Kempot Beri Contoh Kebhinnekaan pada Malam Temu Alumni FK-KMK UGM 2020

“Brand adalah apa yang membuat produk kita dibeli. Tugas brand adalah agar produk kita laku, tidak hanya laku tapi untung atau margin besar,” katanya.

Bicara soal brand association, unit usaha harus mampu bangun persepsi yang positif. Misalnya ojek online, dia murah, cepat, dan praktis.

“Asosiasi sabun merk X adalah sabun kecantikan, konsumen merasa kalau sudah pakai itu jadi cantik. Terbang pakai maskapai X murah, tapi sering delayed. Terbang pakai maskapai Y mahal, tapi tepat waktu,” ujarnya.

Hal yang menarik lagi adalah brand evangelist, sebagai tahapan yang tertinggi, “Yang jualan produk adalah konsumen sendiri. Facebook, Apple tidak pasang iklan. Konsumen yang jualan,” ungkapnya.

Yuswohady mencontohkan framework dari branding dan marketing, salah satunya merk kopi terkenal, sebut saja Kopi X.

Kata dia, brand ini punya target market usia 20-48 tahun, pendidikan tinggi dan masuk golongan ekonomi menengah ke atas, serta menyasar pada pekerjaan profesional dan urban.

Menurut dia, konsumen kopi merk tersebut adalah orang yang aktif, gaul, suka bersosialisasi, urban lifestyle, narsis, dan achievers.

Baca juga: Baru Dibentuk, Pengda KAGAMA Sukoharjo Siapkan Program untuk Memajukan Daerah

“Lingkungan kedai yang diciptakan setidaknya mendukung meeting, sosialisasi, bekerja, membaca buku, menikmati kopi, dan sebagainya,” ujarnya.

Dia menjelaskan, konsumen melihat perilaku ngopi di tempat tersebut sebagai simbol ekspresi gaya hidup perkotaan, tempat ngopi dan bersosialisasi yang cool, tempat meeting atau kerja kalangan profesional, serta produk kopinya memiliki citra brand global.

Posisi brand Kopi X di kalangan konsumennya bisa dibilang berada di urutan ketiga setelah rumah dan kantor.

Dengan branding yang dibangun ini, marketer perlu melakukan beberapa hal.

Terkait produk, marketer perlu meluncurkan produk baru setiap bulan, menyediakan beragam merchandise, kemasan menarik produknya, dan menawarkan produk selain kopi, misalnya makanan.

Harganya sudah jelas berada di level premium, karena konsumennya adalah kelas ekonomi menengah ke atas.

Meskipun demikian, marketer perlu juga memberikan diskon setiap bulan, untuk mempertahankan jumlah konsumen.

Baca juga: Bupati Puncak Alumnus UGM Angkat Warisan Budaya Bernilai Miliaran Rupiah