KAGAMA Inkubasi Bisnis VII Bahas Strategi Perkuat Brand untuk Hadapi Persaingan Bisnis

227

Baca juga: Ikuti Nasihat Orang Tua Jadi Kunci Ahli Sandi Kejaksaan Tinggi DIY Ini Jadi Lulusan Terbaik Magister Hukum UGM

Sementara aspek kontribusi adalah melakukan hal yang benar (do the right thing) menyangkut tujuan bisnis, perlakuan pada pegawai, saluran distribusi, dan inovasi produk.

Lebih lanjut Silih menyampaikan tentang  skema brand vital sign.

Pertama adalah character,  bagaimana mensinergikan antara brand, finansial, dan profit dalam pengambilan keputusan.

Kedua adalah convergence,  bagaimana melakukan konvergensi antara karyawan, supplier, dan jaringan distribusi.

Ketiga adalah experience, bagaimana membangun pola pengalaman konsumen.

Setelah tiga langkah tersebut sudah dilakukan, baru dilakukan langkah keempat dan kelima yaitu  keempat, engineering, bagaimana  menerjemahkan corporate brand value dan product brand value menjadi pesan kunci dan model penyampaian pesan.

Dan kelima, key performance indicator meliputi output (volume penjualan, jumlah produk, jumlah outlet) dan outcome (peningkatan profit dan cash-in-hand).

“Contoh dalam aspek experience, orang kalau baru buka warung bersedia menjadi kasir dan melayani pelanggan, namun ketika sudah punya tiga warung umumnya malas melayani pelanggan secara langsung. Padahal pelanggan itu senang ketika bertemu langsung dengan pemilik warung,” kata Silih.

Baca juga: Stadion Papua Bangkit Berstandar Internasional Siap Sambut PON XX 2020

Contoh lain dalam aspek karakter, pabrik mobil itu menyadari bahwa cat mobil warna putih ongkos produksinya lebih murah ketimbang warna lain. Tapi mobil warna putih tidak begitu  laku di pasaran karena identik dengan warna ambulan.

Apa yang dilakukan  produsen mobil? Mereka menemui pemilik dealer mobil, meminta tidak menjual ambulan dengan warna putih dengan memberikan insentif (misal potongan harga) kepada konsumen.

“Akibatnya mobil warna putih tidak lagi identik dengan warna ambulan. Konsumen mulai meminati  mobil warna putih. Ini memberikan dampak positif berupa peningkatan angka penjualan mobil warna putih yang ongkos produksinya lebih murah,’’ lanjut Silih.    

Silih menegaskan aspek lain yang tidak kalah penting adalah soal unblocking consciousness.

Brand dapat berpengaruh efektif apabila pemilik brand mampu membuka pemikiran konsumen.

Misal orang umumnya tidak merasa aman berlama-lama di SPBU.

Akibatnya restoran di area SPBU tidak ramai. Untuk itu konsumen harus dibuka pemikirannya bahwa SPBU itu aman. Contoh lain balap mobil seperti F1 identik dengan suara bising.

Ketika suara bisingnya berkurang maka F1 kurang diminati. Hal inilah yang perlu dicermati dalam penyelenggaraan balap mobil Formula E.

Lebih lanjut Silih mengatakan saat ini berkembang konsep religious economy yang dikembangkan di Amerika Serikat.

Religious dalam hal ini bukanlah beragama dalam arti ritual. Namun religious dalam arti bahwa apabila sebuah bisnis atau usaha mampu memberi kebaikan kepada masyarakat, maka bisnis menjadi semakin berkembang.

“Contohnya, musala di pusat perbelanjaan dengan lokasi dan kondisi yang baik akan membuat restoran atau pusat perbelanjaan menjadi lebih ramai,” pungkasnya. (Taufiq Hakim/KAGAMA)

Baca juga: Pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan Ini Jadi Lulusan Terbaik FISIPOL UGM