Sunu Raih Doktor dari Teliti Area Penambangan Emas di Kawasan Hutan

394

BULAKSUMUR, KAGAMA – Deforestasi atau kerusakan hutan di Indonesia disebabkan salah satunya oleh operasi pertambangan. Meski demikian, tingkat kerusakan hutan akibat operasi pertambangan belum diketahui secara pasti. Salah satu upaya dengan mengidentifikasi perkembangan areal pertambangan dari waktu ke waktu.

Heri Sunuprapto, peneliti pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XV Gorontalo, Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan menyebutkan, pemanfaatan data penginderaan jauh khususnya satelit optik resolusi spasial menengah seperti landsat sangat potensial untuk menyediakan data spasial termasuk pertambangan di kawasan hutan.

Heri Sunuprapto, peneliti pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XV Gorontalo, Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan meraih gelar Doktor dari penelitiannya di kawasan hutan Gorontalo (Foto DOk Humas UGM)
Heri Sunuprapto, peneliti pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XV Gorontalo, Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan meraih gelar Doktor dari penelitiannya di kawasan hutan Gorontalo (Foto DOk Humas UGM)

Data penginderaan jauh ini dapat menyediakan data spasial pertambangan dalam bentuk multi resolusi dalam berbagai tingkat skala. Di samping itu dapat menyajikan perkembangan areal pertambangan dari waktu ke waktu.

“Seri satelit Landsat telah merekam bumi secara kontinu dalam jangka panjang yang cocok untuk memantau kawasan hutan dan lingkungan, tetapi memiliki kekurangan dalam resolusi spasial,” jelasnya, Selasa (20/6/2017) saat melaksanakan ujian terbuka program Doktor di Fakultas Geografi UGM.

Melihat kondisi tersebut, Sunu mengatakan perlunya eksplorasi metode penajaman dan ekstraksi informasi tematik untuk mendukung pemantauan dan evaluasi kegiatan pertambangan di kawasan hutan. Melakukan identifikasi area pertambangan emas melalui analisis spasial berbasis citra satelit landsat di kawasan hutan Kabupaten Pohuwanto, Gorontalo, Sunu mendapatkan sejumlah temuan. Antara lain, strategi penafsiran dengan pengamatan lapangan terbukti menjadi strategi tepat yang dapat meningkatkan kemampuan penafsiran citra.

“Penafsiran dengan strategi pengamatan lapangan dapat mendeteksi dan mengidentifikasi kegiatan di area pertambangan emas rakyat dalam kawasan hutan dengan akurasi 60-70 persen,” urainya.

Identifikasi area pertambangan emas yang dilakukan Sunu mendapatkan sejumlah temuan. antara lain, strategi penafsiran dengan pengamatan lapangan  menjadi strategi tepat yang  meningkatkan kemampuan penafsiran citra (Foto Dok, Humas UGM)
Identifikasi area pertambangan emas yang dilakukan Sunu mendapatkan sejumlah temuan. antara lain, strategi penafsiran dengan pengamatan lapangan menjadi strategi tepat yang meningkatkan kemampuan penafsiran citra (Foto Dok, Humas UGM)

Dari penelitian ini menunjukkan metode fusi citra merupakan salah satu metode penajaman spasial yang mampu meningkatkan kemudahan  penginterpretasian citra. Sedangkan penajaman spasial citra Landsat dengan metode fusi citra IHS yang dimodifikasi terbukti dapat meningkatkan akurasi identifikasi area penambangan dan kualitas detail dan meningkatkan kemudahan penafsiran citra.

Sunu mengungkapkan dari hasil pengamatan diketahui terdapat berbagai tipe menambang di masyarakat. Dalam setiap tipe atau cara menambang masyarakat sesuai dipraktikkan pada faset lahan tertentu. Sementara hasil analisis pola spasial menunjukkan pola sebaran spasial lokasi penambangan emas rakyat di kawasan hutan daerah penelitian berpola mengelompok.

“Pola sebaran spasial penambangan emas rakyat ini dipengaruh sejumlah variabel seperti jarak terhadap sungai, fungsi kawasan hutan, dan jenis batuan,”pungkasnya. [Humas UGM/Ika/rts]