Menyaksikan Tergerusnya Bahasa Indonesia dari Lipstik

735

Baca juga: Pemangkasan Birokrasi Akan Lahirkan Kemiskinan Struktur, Tetapi Kaya Fungsi

Untuk itu, Elsa melakukan sebuah penelitian dengan judul Satuan Ekspresi Pengungkap Warna Perona Bibir Produksi Artis Indonesia.

Karya Elsa dipublikasikan melalui Jurnal Deskripsi Bahasa terbitan Forum Linguistik UGM pada 2018.

Dia memulai penelitiannya dengan mengumpulkan data dari akun Instagram resmi toko online lipstik artis-artis di Indonesia.

Ada juga data-data yang diakses via portal resmi menjualan.

Lalu, Elsa mengelompokkan data berdasarkan tafsiran ekspresi warna dari tiap lipstik.

Berdasarkan data yang diperoleh, ditemukan hasil ada lima bahasa yang digunakan untuk memberikan nama pada warna lipstik.

Lima bahasa itu adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa Sanskerta, dan Bahasa Portugis.

Baca juga: Pemangkasan Birokrasi Harus Dinamis dan Efektif

Bahasa Inggris menduduki urutan pertama (82,5%), sebagai media untuk mengungkapkan jenis warna dari sebuah lipstik.

Menyusul di belakangnya, ada Bahasa Indonesia (11,25%), Bahasa Jawa (3,75%), Bahasa Sanskerta (1,25%), dan Bahasa Portugis (1,25%).

Di satu sisi, penggunaan Bahasa Inggris diharapkan membawa lipstik dapat menembus pasar internasional.

Hal ini berkaitan dengan strategi pemasaran.

Mengutip pakar, Elsa meyakini bahwa kedudukan Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional dianggap memiliki prestise lebih tinggi.

Produk yang menggunakan Bahasa Inggris juga diasosiasikan memiliki citra prestisius.

Dengan demikian, hal itu akan berdampak pada kenaikan status sosial suatu produk demi pemasaran.

Dari fenomena tersebut, Elsa menyebut kedudukan Bahasa Indonesia kurang kuat dalam strategi pemasaran.

Dia pun menilai kasus ini merupakan salah satu tantangan bagi bangsa Indonesia.

Yakni untuk memperkuat bahasa nasional agar tidak tergeser bahasa asing. (Tsalis)

Baca juga: Penyebab Anak Berontak kepada Orang Tua