Menyaksikan Tergerusnya Bahasa Indonesia dari Lipstik

734
Berkurangnya popularitas Bahasa Indonesia ternyata bisa dilihat dari iklan produk lipstik. Foto: Kompas
Berkurangnya popularitas Bahasa Indonesia ternyata bisa dilihat dari iklan produk lipstik. Foto: Kompas

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Sensus Badan Pusat Statistik RI pada 2010 menyatakan bahwa hanya 19,94 persen dari total penduduk Indonesia yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari.

Walau begitu, Bahasa Indonesia diperkirakan mampu dituturkan oleh hampir 260 juta penduduk Indonesia.

Besarnya nilai tersebut memiliki arti bahwa Bahasa Indonesia adalah penyampai informasi universal yang dapat dipahami banyak orang.

Hanya saja, tren masa kini menunjukkan fenomena pengikisan penggunaan Bahasa Indonesia.

Salah satunya seperti yang diteliti oleh Patricia Elsa Marchelia Wibiasty, mahasiswa pascasarjana Ilmu Linguistik UGM.

Elsa menduga Bahasa Indonesia mulai kurang populer digunakan di kalangan artis.

Dalam hal ini, beberapa artis ditengarai enggan memakai bahasa Indonesia guna mendeskripsikan warna dalam produk lipstik mereka.

Baca juga: Awas! Jangan Saksikan Gerhana Matahari Cincin Secara Langsung

Elsa menyatakan, lipstik atau perona bibir terdiri atas macam-macam variasi warna.

Tidak melulu merah, sebagaimana awal kemunculan benda ini.

Variasi warna timbul dari satuan ekspresi yang beragam.

Misalnya, untuk mengungkapkan lipstik berkandungan warna merah, tidak hanya disebut dengan merah atau red saja.

Namun, ada macam-macam istilah yang muncul; seperti red cherryred hot, kiss me, love you, dan sebagainya.

Mengutip pakar, Elsa menganggap bahwa setiap bahasa minimal memiliki dua istilah pengungkapan warna.

Pada kasus lipstik artis, istilah pertama menunjukkan kandungan warna dan istilah kedua memperlihatkan terma nonwarna dari ranah lain.

Penyebutan seperti demikian disadari lantaran ada keterbatasan dalam pengistilahan warna.

Baca juga: Pengalaman Masa Kecil Bantu Djumanto Meniti Karier