Peneliti UGM Kembangkan Prototip Baterai Nuklir Tahan 40 Tahun

1151

Baca juga: Jangan Panik! Hadapi Pengidap Ekshibisionis dengan Cara Ini

Baterai nuklir tidak bisa dikembangkan dengan mudah di Indonesia.

Apabila baterai nuklir bisa menggunakan teknologi dengan ukuran yang mikro, maka ini bisa lebih berkembang.

Pembuatan dan pengembangan prototip baterai nuklir ini dikembangkan oleh empat orang peneliti dan ditinjau langsung oleh mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan.

Ketua tim peneliti Ir. Yudi Utomo Imardjoko, M.Sc., Ph.D mengutarakan, penelitian ini awalnya didanai oleh Dahlan.

Dikatakan olehnya, Dahlan ingin Teknik Nuklir di Indonesia tidak hanya berhenti pada pembahasan teoritis, tetapi bisa membuat sesuatu.

“Ini merupakan suatu bukti bahwa kami telah melakukan sesuatu yang sifatnya ada hasil. Kalaupun masih kecil, tinggal meng-skill up saja,” ujar Yudi.

Dijelaskan oleh Yudi, pengembangan prototip ini kemudian dilanjutkan oleh Balitbang Kemenhan, yang dalam dua tahun terakhir ini ikut mendanai.

Baca juga: Kebetulan yang Membuat Rektor Ketujuh UGM Jadi Antropolog Terkenal di Dunia

Sejauh ini, kendala yang dihadapi peneliti yaitu baterai nuklir efeisiensinya masih rendah.

Di samping itu, kendala yang cukup signifikan adalah mendatangkan Pu 238 ke Indonesia.

“Pu 238 sebetulnya adalah limbahnya thorium. Jadi kita nggak bisa langsung mendapatkan sebelum punya thorium. Mendapatkannya tidak mudah, jadi harganya juga mahal. Sekitar 8.600 dollar per kepingnya, jika sudah dibawa ke Indonesia,” ungkapnya.

Sementara Dahlan menerangkan, sebetulnya peneliti tidak perlu impor, jika sudah ada reaktor thorium.

“Saat ini desainnya sudah dibuat oleh orang-orang Indonesia yang ahli di bidang nuklir. Tinggal bagaimana cara mewujudkannya,” ujar Dahlan.

Selain itu, tantangan lainnya adalah terkait regulasi.

Seperti yang diketahui bahwa, untuk mendirikan PLTN di Indonesia harus berhadapan dengan aturan yang ketat, serta belum ada dukungan penuh dari pemerintah.

Baca juga: Jawaban untuk Mengatasi Gangguang Kesehatan Mental di DIY

Dekan Fakultas Teknik, Prof. Ir. Nizam, M.Sc., Ph.D., mengapresiasi langkah tim peneliti, yang bisa menghilirkan riset.

Dalam hal ini bisa diimplementasikan dan kemudian dimanfaatkan.

“Tidak hanya menjadi paper atau hasil penelitian yang dipajang. Tetapi, bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat luas,” jelas Nizam.

Upaya menghilirkan tersebut, kata Nizam, membutuhkan dukungan dari banyak pihak, baik pemerintah, industri, dan masyarakat.

Besar harapan para peneliti dan dekan, agar pemerintah memberi dukungan penuh pada pemanfaatan dan pengembangan energi nuklir. (Kinanthi)

Baca juga: Kebijaksanaan Tak Menjamin Seseorang Bebas dari Korupsi