Ambal Warsa ke-51, Berbangga Diri Menjadi Pelestari Budaya

423

Secara keseluruhan, Ambal Warsa ini menampilkan sendratari dan konser karawitan. Dan mayoritas penampil berasal dari angkatan 2016 hingga 2018.

Pada malam perayaan ini ada penampil dari binaan UKM Swagayugama. Tari Nawung Sekar yang tampil di pembukaan acara dibawakan oleh adik-adik Taman Pamulangan Seni Budaya Pakembinangun.

“Taman Pamulangan ini semacam sendratari di desa Pakembinangun. Ini adalah binaan Swagayugama dan sudah lama. Swagayugama turut berkontribusi dalam menghidupkan sendratari di sana,” jelas Daffa.

Tari Nawung Sekar merupakan tarian dasar gaya Yogyakarta sebagai pengenalan ragam-ragam gerakan pada siswa-siswi penari. Adapun tari Sari Kusuma menggambarkan perjalanan seorang gadis yang belajr menari.

Sementara itu, konser karawitan Kidung Senja di Kota Jogja sendiri mengibaratkan senja ibarat cinta. Terbuai akan pesonannya lalu lupa akan ketiadaannya memberikan gambaran betapa indahnya senja di kota Yogyakarta.

Selanjutnya, sendratari Burisrawa Rante menceritakan pengorbanan seseorang dalam mendapatkan cinta dari seorang kekasih yang didambakannya selama ini. Sendratari mengibaratkan hidup dan lika-liku di dalamnya sebagai jalan sekaligus cara bagaimana proses yang dijalani tidaklah semudah seperti mendapatkan cinta.

Ukm Swagayugama melalui pentas Ambal Warsa ini memberikan gagasan bahwa kebudayaan dan kesenian di kota Yogyakarta harus selalu ditingkatkan. Sebagai kota yang kaya akan seni dan budaya, menjadikan kota ini wajib melestarikan lewat peran serta seluruh masyarakatnya.

Daffa melanjutkan, keterlibatan ini menjadi kunci dalam menjaga budaya dari genereasi ke generasi selanjutnya. Paling sederhana, dimulai dari diri sendiri.

“Jangan minder dengan kebudayaan sendiri,” tutup Daffa.(Sirajuddin)