Gender Fluidity, Upaya Transgender Merayakan Pesta Kebebasan

623

Gender fluidity secara umum dipahami sebagai ketidakstabilan identitas gender yang terjadi sebagai wujud destabilisasi sistem gender yang biner,” tulis Erinda dalam tesisnya untuk meraih gelar di Magister Ilmu Sastra UGM ini.

Dalam Novel Pasung Jiwa, dikisahkan seseorang bernama Sasana yang menampilkan sosok maskulin dan feminin secara bergantian. Ia memutuskan untuk tidak menghilangkan salah satu identitasnya.

Sasana tidak memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan, karena ia harus mematuhi norma dan konstruksi yang ada. Ia berusaha membebaskan diri dari kungkungan tubuh dan pikiran, tradisi keluarga, norma dan agama, serta dominasi ekonomi dan kekuasaan.

Sasana dan Sasa adalah dua jiwa dalam satu tubuh yang merepresentasikan gender yang cair. Gender fluidity pada kondisi hidup Sasana ini, menggambarkan adanya keberagaman gender yang dianggap unik.

Ketidakstabilan identitas yang dialami Sasana disebut dengan transgender. Ia lebih memilih berada di persimpangan, agar bisa diterima oleh masyarakat, meskipun tidak sepenuhnya.

Transgender sering mendapat pandangan buruk dari masyarakat. Penertiban yang dilakukan oleh aparat untuk menjaga stabilitas membuat transgender mengalami keterasingan dan penolakan.

Menurut Erinda, konsep gender fluidity yang digambarkan oleh Sasana melalui perilakunya itu, menunjukkan adanya pesta kebebasan. Ketidakstabilan dan inkonsistensi gender memberi ruang bagi munculnya variasi dan membebaskan individu dari konsep gender yang kaku.(Kinanthi)