Digitalized Capacity dan Gerakan Sosial Pemuda, Solusi Hadapi Tantangan Digitalisasi UMKM

1192

Upaya Digitalized Capacity

Keberadaan platform marketplace dan berbagai komunitas yang bergerak di isu UMKM ini, diakui Rika Fatimah memang cukup berperan dalam pengembangan UMKM. Namun, era digital yang bergerak semakin cepat ini, terkadang membuat sebagian para pelaku UMKM dipaksa untuk berdaptasi. Padahal kenyataannya mereka belum siap.

“Seringkali keberadaan platform-platform ini hanya berfokus pada pemasaran, tetapi tidak diimbangi dengan digitalized capacity,” jelas Rika. Banyak kasus UMKM stuck pada pemasaran dan perputaran uang, tetapi tidak mampu meningkatkan produksi, karena minimnya kualitas SDM dan perencanaan bisnis yang tidak dilakukan dengan matang.

Dari adanya potensi-potensi ini, sebenarnya sebagian di antara mereka belum bergerak ke arah bisnis, tetapi lebih ke trading. Artinya sekadar jual beli saja.

“Bisnis artinya ada pengembangan, ada peningkatan. Gap-nya adalah ketika UMKM belum terorientasi bisnis, tetapi menganggap dirinya sudah doing the business,” jelas perempuan yang sehari-harinya mengajar di Departemen Manajemen ini.

Mengingat peningkatan SDM menjadi tugas besar bagi semua elemen yang terlibat, Titipku sendiri juga berusaha membekali pelaku UMKM dalam peningkatan kualitas diri. Titipku dalam hal ini bekerja sama dengan pemerintah untuk mengadakan workshop dan seminar.

“Kita rutin bimbing mereka. Proses edukasi memang penting. Selain seminar dan workshop, kita juga menemui mereka secara langsung, membahas kesulitan-kesulitan mereka dan bantu mereka dalam packaging produk,” pungkasnya. Artinya, Titipku memberikan bantuan secara teknis.

Peran Pemerintah dan Akademisi

Pemda sejauh ini juga mempersiapkan digitalisasi UMKM walau dinilai agak terlambat. Titipku bekerja sama dengan Kominfo dan PT Telekomunikasi Indonesia (persero) Tbk akan memperluas digitalisasi ke setiap desa.

Sejauh ini sudah ada delapan ribu lebih UMKM yang dibantu oleh Titipku. Sedangkan pengguna aplikasi sudah mencapai  lebih dari delapan belas ribu, mereka bisa menjadi pembeli, jasa titip, maupun penjelajah.

Selain melalui platform digital, melibatkan akademisi dalam upaya menumbuhkan inovasi pada produk UMKM dirasa penting bagi Rika. Belum lama ini, Gubernur DIY mengeksekusi berbagai karya ilmiah, Global Gotong Royong Tetrapreneur (G2R), dilaksanakan di beberapa desa. Pembentukan G2R ini juga bisa menjawab persoalan digitalisasi UMKM.

“Kita tidak harus bergerak cepat. Dalam G2R UMKM jangan bergerak sendiri tetapi membentuk tim dari beberapa desa. UMKM jangan lagi menjadi single fighter supaya mampu bersaing,” pungkas Rika.

Sama halnya dengan Titipku, pelaku UMKM lanjut usia dalam G2R juga dibantu oleh kelompok karang taruna. G2R berusaha membangun mental dengan gotong royong ekonomi. Harapan kedepannya, gotong royong bisa menjadi pola gerakan ekonomi indonesia.

“Jangan sampai kita mengulang cerita lama, yang bermain hanya kapitalis dan orang yang teredukasi. Platform online hanya alat, pelaku UMKM tetap menjadi aktor utama,” ujar Rika menyimpulkan.(Kinanthi)