KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Anugerah Sastra dan Seni Nasional kembali diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM bekerja sama dengan Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) bertepatan dengan peringatan hari Pahlawan 10/10/2017. Acara tersebut merupakan puncak dari serangkaian lomba yang diadakan oleh FIB UGM dengan tema “Revitalisasi Penghargaan terhadap Perbedaan” dan serangkaian dengan peringatan Dies Natalis UGM ke-68.
“Karena itu, ajang ini bertujuan untuk mengingatkan kembali dan merefleksi diri terhadap makna Bhinneka Tunggal Ika,” tandasnya.
Malam Anugerah Seni dan Sastra 2017 itu dihadiri sedikitnya 250-an orang yang memenuhi kursi pengunjung dan puluhan sisanya bergerombol di bangku-bangku taman dan duduk lesehan serta berdiri. Pada kesempatan itu panitia lomba cipta karya seni dan sastra mengumumkan dan memberikan penghargaan pada enam kategori yang dilombakan. Di antaranya adalah cipta puisi, cerpen, meme, kritik sastra, foto, dan film pendek. Beberapa pemenang dari kategori tersebut berasal dari luar pulau Jawa.
Dalam orasi Budi Darma mengatakan, melalui karya sastra, pengarang menyampaikan imajinasi dan gagasannya yang visioner, melampaui imajinasi dan gagasan masyarakat umum di zamannya. Karya yang visioner akan menginspirasi penciptaan teknologi dan menggerakkan pembangunan dan peradaban. Manusia kemudian menciptakan terminologi, seperti Barat dan Timur. Lalu, dikembangkan lagi menjadi Timur Dekat, Timur Tengah, dan Timur Jauh. Terminologi-terminologi itu tercipta karena didasari rasa keingintahuan, dimulai dari perihal di mana tempat matahari terbit lalu mereka berlayar mengarungi samudera mengunjungi negeri-negeri tersebut.
Sebagai pamungkas acara, kolaborasi kelompok seni Mantradisi dan Sanggar Seni Kinanti mempersembahkan pertunjukan musik Macapat bertajuk “Goro-Goro Diponegoro”. Dalam bait-bait macapat, tergambar dengan jelas tentang pembabakan Perang Jawa. Pecahnya perang tersirat dalam tembang gambuh berjudul Perang Jawa, “tan kena sinelak wus, yuda ngayudane ajer ajur, gangsal warsa sedasa mangsa puniku, ari kalawan mungsuh, satemah pinanggih layon…”. [ira/rts]