JAKARTA, KAGAMA – Kepala Rumah Sakit Kepresidenan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad. (K) RI mendapatkan penghargaan dua bidang rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) atas prestasinya dalam bidang kesehatan. Dr Terawan dikenal sebagai penemu metode pengobatan stroke atau Terapi Cuci Otak.

Dr Terawan juga mendapatkan anugerah Rekor Dunia MURI dari jasanya dalam pengerjaan Digital Substraction Angiogram (DSA) Terbanyak. Penghargaan diberikan secara langsung oleh Jaya Suprana selaku Pendiri MURI, Sabtu (17/6/2017) di Jakarta. Selama kepemimpinannya, Dr Terawan juga berhasil membawa RSPAD Gatot Soebroto mendapatkan anugerah The Best Service Excellent Hospital of the Year 2017 dari lembaga Indonesian Business Professional and Education.

Prestasi Dr Terawan tercatat dalam mengembangkan chek–up otak yang ditindaklanjuti dengan tindakan brain wash telah berkembang pesat. Setelah mampu menelurkan 12 jurnal International scopus index, maka pengakuan terhadap terapi brain wash semakin berkembang baik. Bahkan, sekarang sudah dikembangkan untuk kasus Autis yang ternyata mulai mendunia dengan pasien dari mancanegara, termasuk Singapura, Vietnam maupun Taiwan.

“Sedangkan tindakan DSA yang kami mulai sejak tahun 2004 sampai sekarang sudah lebih dari 30 ribu. Sehingga mendapatkan rekor MURI juga,” ujar Dr Terawan yang meraih gelar Doktor pada Agustus 2016 dari Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Utara. Di RSPAD Gatot Soebroto, rata-rata 30-40 kasus menggunakan DSA. Metode DSA ala Mayjen TNI Dr Terawan telah dipakai beberapa rumah sakit di luar negeri, di antaranya Augusta Hospital Dusseldorf, Jerman.

Dalam berbagai kesempatan dengan wartawan, Dr Terawan menjelaskan, modifikasi DSA adalah metode memodifikasi DSA kepada pasien stroke, baik pendarahan maupun non-pendarahan untuk meningkatkan keamanan dari radiasi, ancaman pada ginjal, maupun tindakannya. Saat ini hampir seluruh spesialis di rumah sakit dilatih untuk bisa melakukan tindakan DSA.
Dr Terawan mengawali kariernya sebagai seorang tentara. Kemudian, ia mendapat beasiswa pendidikan kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM). Dr Terawan yang juga ahli radiologi, kelahiran Sitisewu (utara Stasiun Tugu) Yogyakarta, 5 Agustus 1964, sejak kecil memang sudah terobsesi menjadi dokter. Ia lulus dokter pada 1990 dan ditugaskan di Bali. Kemudian, pindah tugas di Lombok, dan terakhir Jakarta. Selanjutnya, ia mengambil studi spesialis radiologi di Surabaya.

Jumlah pasien yang berobat atau menjalani terapi kepada Dr Terawan mencapai 500 pasien berbagai kasus per tahun. Ia yakin dan optimistik, ilmu yang dimilikinya bisa menjadi alternatif untuk kasus-kasus emergency. Menurutnya, bangsa Indonesia tidak kalah hebat dengan negara di Eropa dalam bidang kedokteran. Bahkan, bangsa kita, enurut pengamatan Dr Terawan, lebih unggul dibanding Singapura. [rts]