Yogyakarta Tidak Pernah Dirancang sebagai “Kota Pendidikan”

1667

Semangat mereka didorong oleh kondisi universitas-universitas di kota besar seperti Jakarta dan Bandung yang telah dikuasai Belanda. Selain itu, Indonesia sebagai negara yang baru saja merdeka membutuhkan pembangunan dari ilmu pengetahuan yang didapatkan melalui perguruan tinggi.

Dengan demikian didirikanlah balai perguruan tinggi Gadjah Mada dengan melibatkan mahasiswa yang meninggalkan pelajarannya di kota-kota yang diduduki Belanda, sekaligus menandingi universitas yang didirikan kolonial.

Balai perguruan tinggi berubah bentuknya menjadi universitas pada 6 Juli 1949 yang muncul sebagai simbol nasionalisme bangsa. Dalam perkembangannya, UGM didukung dengan penggabungan perguruan tinggi lain sesuai dengan prosedur dan kesepakatan yang berlaku.

Ketika ibu kota negara kembali ke Jakarta, ada usulan yang menghendaki pindahnya UGM ke Jakarta. Namun, upaya tersebut gagal karena ada pertimbangan bahwa UGM tetap dipertahankan Yogyakarta yang menjadi ibu kota RI, bukan Jakarta yang menjadi ibu kota RIS.

UGM yang menjadi simbol nasionalisme ini pun dekat dengan rakyat karena sering kali memberikan ceramah dalam satu kali sebulan, dan beberapa kali dalam pekan di malam hari. Dalam ceramah ini, orang-orang sangat antusias mengikuti pendidikan yang tidak hanya terbatas pada ruang kuliah saja.

Asti memaparkan bahwa citra Yogyakarta sebagai kota pendidikan mulai muncul pada masa berdirinya Muhammadiyah dan Taman Siswa. Citra ini mulai menguat ketika Yogyakarta menjadi ibu kota RI dan mendirikan UGM sebagai simbol identitas nasional yang menandingi universitas di kota-kota kolonial.

“Dengan identitas nasional yang juga melekat dengan Yogyakarta ini, maka mendorong banyak nasionalis dari berbagai wilayah untuk menuntut ilmu di Yogyakarta,” tulis Asti dalam tesisnya pada Magister Ilmu Sejarah UGM, 2006.

Meskipun mampu mendatangkan banyak orang untuk belajar, Asti menegaskan bahwa Yogyakarta tidak pernah dirancang sebagai kota pendidikan. Dalam hal ini, Yogyakarta dapat dilihat dengan kota yang menerima imbas dengan bentuk “kota pendidikan” melalui perannya dalam memunculkan semangat nasionalisme.(Tita)