Trauma Saat Anak-anak Sebabkan Gangguan Kepribadian pada Wanita

938

Baca juga: Belajar Kemanusiaan dari Rektor Ketujuh UGM Prof. Dr. Teuku Jacob

Christine Wibhowo dan rekan-rekannya lantas mengujinya melalui penelitian berjudul Trauma Masa Anak, Hubungan Romantis, dan Kepribadian Ambang.

Penelitian tersebut dipublikasikan oleh Jurnal Psikologi terbitan Universitas Gadjah Mada tahun 2019.

Christine melakukan pengujian pada 77 istri berusia 20-40 tahun.

Total ada 80 aitem yang diujikan kepada partisipan; 36 di antaranya adalah untuk menentukan skala kepribadian ambang.

Lalu 24 aitem untuk skala trauma masa anak, dan 20 aitem sisanya untuk skala hubungan romantis.

Dari 77 partisipan, 25 di antaranya mengisi skala secara daring (online) melalui surel (email).

Data yang didapatkan lantas dianalisis dengan program SPSS.

Baca juga: Ciri-ciri Pekerjaan yang Membuat Seseorang Puas

Berdasarkan analisis data ditemukan bahwa semakin tinggi trauma masa anak, kian tinggi pula keribadian ambang.

Sebaliknya, makin rendah trauma masa anak yang dialami, kian rendah kepribadian ambangnya.

Hasil penelitian Christine pun sejalan dengan pendapat ahli yang menyatakan, trauma masa anak akan menciptakan luka hati.

Untuk menutup luka hatinya, seorang individu akan melakukan perilaku berisiko agar mendapatkan perhatian dari orang lain.

Pakar lain menyebut, trauma masa anak dapat meliputi kekerasan fisik, kekerasan emosional, pengabaian emosional, pengabaian fisik, sampai menyaksikan tindak kekerasan.

Ada juga yang mengatakan bahwa pola asuh orang tua yang sering mengabaikan pengalaman emosional, dingin, dan tidak konsisten, jadi penyebab seorang anak mengalami trauma.

Sementara itu, faktor hubungan romantis juga menunjukkan hubungan dengan kepribadian ambang.

Dalam hal ini, Christine menemukan bahwa ketika hubungan romantis dengan suami berjalan baik, maka istri dapat merasa aman.

Baca juga: Kagama Lahir dari Ide Prof Dr Sardjito

Hubungan romantis yang baik digambarkan seperti suami bisa mengerti keadaan istri tanpa harus bercerita.

Selain itu, istri juga yakin bahwa sang suami akan menghiburnya kala sedih. Lantas, istri tahu suaminya bisa diandalkan ketika dia menghadapi kesulitan.

Hasil pengujian menunjukkan antara trauma masa anak dan hubungan romantis dengan kepribadian ambang memiliki nilai korelasi 0,657.

Sedangkan trauma dan hubungan romantis memiliki peran sebesar 43 persen pada kepribadian ambang yang tercipta.

Christine menyarankan untuk mencegah terjadinya kepribadian ambang, seseorang mesti berusaha melupakan truma masa anak dan fokus membina hubungan romantis dengan pasangan. (Tsalis)

Baca juga: Pengumpulan Dana Bantuan Kuliah untuk Mahasiswa Saat Krisis Moneter 1998