Pembatasan Gerak Industri Sawit adalah Sebuah Kolonialisme Baru di Indonesia

898

Baca juga: Mempertahankan Usaha Kehutanan dan Pertambangan di Masa Pandemi Menurut Ir. Sumedi

Menurut UNDP (Badan Program Pembangunan PBB), aktivitas peternakan sapi adalah penyebab utama deforestasi hutan dan lahan di dunia.

Selain itu, kotoran sapi juga disebut memiliki emisi gas karbon tinggi. Hal ini didukung oleh kajian Komisi Eropa tahun 2013.

Mereka menyebut bahwa dari 239 juta hektar lahan yang terdeforestasi, 58 juta hektar di antaranya terjadi karena peternakan.

Masih menurut kajian Komisi Eropa, deforestasi akibat perkebunan sawit hanya 6 juta hektar.

Kata Petrus, kebun sawit di Indonesia paling banyak berasal dari lahan bekas kegiatan penebangan dan bekas kebun karet.

Baca juga: Aturan Permendag yang Baru Dinilai UGM Bisa Lemahkan Ekspor Produk Industri Kehutanan

Keberadaan sawit pun dipandang alumnus Fakultas Kehutanan UGM angkatan 1978 ini sebagai pelestari lahan gambut.

Sebab, sistem perakaran sawit punya biopori yang berfungsi mengikat air.

“Menurunkan emisi dengan menurunkan produksi sawit tidak pas dan tidak kontekstual,” kata Petrus, melansir Sawit Indonesia.

“Fokus (mereka) bukan pada isu deforestasi, tetapi komoditas sawit yang terlalu dominan akan terus ditodong dengan tanggung jawab besar dan dicari kesalahannya.”

“Salah satunya dengan menjadikan deforestasi sebagai penyebab utama perubahan iklim. Kita ditakutkan akan seperti negara Arab. Sebab, potensi energi berbasis matahari, air, tanah, dan minyak kita besar,” jelasnya.

Baca juga: Wabah Corona di Mata Guru Besar Kehutanan UGM adalah Obat Kesembuhan Alam Semesta