Kata Profesor Iin Handayani, Pertanyaan ‘Mau Jadi Apa’ Sudah Tak Cocok Lagi untuk Generasi Z

3793

Baca juga: Orang Indonesia Harus Berani Kuliah di Harvard

Terkait strategi pengajaran menghadapi adaptasi kebiasaan baru, Iin meyakini metode daring akan tetap berlangsung.

Kendati demikian, kata Iin, dosen juga harus punya empati dan tenggang rasa kepada mahasiswanya di tengah pembatasan fisik.

Hal ini dilakukan Iin setelah mendapati beberapa mahasiswanya yang ternyata masih tidak terjangkau internet.

Mereka biasanya di perpustakaan desa untuk mengakses internet, tetapi tutup akibat pandemi.

Baca juga: Prihatin Para Tetangga Terdampak Pandemi, Rimbawati UGM Ini Pasang Canthelan di Desa Singosaren, Bantul

Alhasil, Iin rela menerima telepon berjam-jam dari mahasiswanya yang menanyakan mengenai pelajaran.

“Di era pandemi critical thinking, problem solving, kolaborasi, jauh lebih baik. Komunikasi juga lebih efektif,” ucap Iin.

“Sekarang yang harus kita (dosen) lakukan adalah membuat mahasiswa bisa belajar mandiri, mengaitkan dengan krisis yang ada, mengajarkan materi bersifat global, dan memerhatikan setiap murid. Teknologi hanya alat bantu,” pungkasnya. (Ts/-Th)

Baca juga: KAGAMA Bali Gelar Pameran Seni Rupa sebagai Refleksi Masa Pandemi