Jamu dan Obat Herbal, Penawar Masa Depan Indonesia Sarat Warisan Budaya

825

Baca juga: Industri Farmasi Kurangi Bahan Baku Impor

Obat Herbal

Selain jamu, ada dua produk lain yang masuk dalam kategori obat bahan alam, yakni obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.

Tiga produk tersebut muncul karena ditopang oleh keanekaragaman hayati, termasuk tanaman herbal.

Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti Kemenristekdikti, Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, bahkan mengklaim 80 persen tanaman herbal dunia ada di Indonesia.

Hal itu seperti yang dia ungkapkan  dalam The 6th International Conference on Pharmacy and Advanced Pharmaceutical Sciences (ICPAPS) 2019.

“Indonesia adalah negara dengan biodiversitas terbesar kedua dunia setelah Brazil. Kurang lebih ada 28 ribu spesies tanaman yang 1.845 di antaranya teridentifikasi sebagai tanaman obat,” ucap Ghufron, memaparkan.

Namun demikian, pria kelahiran Blitar ini masih menilai keanekaragaman hayati Indonesia belum bisa dimanfaatkan dengan optimal.

Sebab, lanjut Ghufron, BPOM baru mengantongi 283 spesies yang resmi pada tanaman obat. Padahal, ada 1845 spesies yang teridentifikasi sebagai tanaman obat.

Baca juga: Riwayat Jogja sebagai Kota Batik Dunia

Lebih lanjut, Prof. Ghufron memanandang positif pengembangan tanaman obat herbal.

Pasalnya, tanaman herbal dapat memberikan dampak kemandirian bangsa.

Untuk diketahui, menurut Ghufron, 95 persen bahan baku obat di Indonesia masih impor.

“Kalau potensi yang ada ini bersama-sama dikembangkan, di bawah Dikti kan ada 20 RS dan 14 RSGM, kalau diuji maka potensinya luar biasa untuk menekan impor bahan baku obat,” kata Ghufron.

Festival Jamu Internasional merupakan satu rangkaian dengan dua konferensi internasional, yakni The 6th International Conference on Pharmacy and Advanced Pharmaceutical Sciences (ICPAPS 2019) dan ASEAN PharmNET 2019.

Kedua acara tersebut selesai dihelat pada 14-15 November 2019. Bertempat di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, konferensi internasional tersebut mengangkat tema Exploring the Local Wisdom for Advanced Pharmacy Education and Research.

Tak kurang 350 peserta hadir di acara ini, termasuk delegasi dari sejumlah negara ASEAN, seperti Malaysia Filipina, Kamboja, Vietnam, dan Thailand. (Tsalis)

Baca juga: Pentingnya Lulusan SKM Tangani Pendidikan Kesehatan di Sekolah