Cinta, Salah Satu Alasan Tindakan Rasialis Dimaafkan

458

Baca juga: Bagaimana Perasaan Orang yang Terbukti Melakukan Korupsi?

Sebab, di sekolah, sejarah selalu menceritakan perubahan yang baik, seperti kemenangan.

Padahal ada banyak kejadian yang berujung pada hal-hal minor.

Dosen Antropologi UGM Dr. Suzie Handajani, M.A, pun memberikan tanggapan terhadap hal ini.

Suzie menilai, generasi milenial dan generasi z, yang menyaksikan film Dilan 1992 sebagai representasinya, mungkin bakal kaget saat melihat kasus perselingkuhan.

Padahal hal ini selalu terjadi sepanjang sejarah. Lebih lanjut, Suzie mempertanyakan sebetulnya dari mana cinta itu muncul.

“Apakah cinta itu konstruksi sosial, atau cinta itu muncul dari naluri alamiah dari kita?” tanya Suzie kepada audiens.

Sebagian audiens pun menjawab bahwa cinta itu merupakan konstruksi sosial.

Baca juga: Laporan Terkini Aksi Kagama Peduli Banjir, Galang Dana sampai Rp127 Juta

Dari jawaban tersebut, wanita kelahiran Semarang ini pun memandang cinta akan menarik jika dilihat dari kacamata rasisme.

Suzie  menilai, jika seseorang tumbuh di lingkungan rasialis, maka ada potensi untuk menjelekkan satu etnis.

Dia mencontohkan pada lingkungan yang masyarakatnya tidak menyukai orang kulit hitam.

“Orang akan susah jatuh cinta dengan orang yang kulitnya hitam,” tutur Suzie.

“Sehingga cinta itu bisa jadi adalah satu-satunya hal ketika Anda bisa bertindak rasialis dan dimaafkan,” jelasnya.

Pada contoh lain, Suzie menyebut ada orang yang selalu menjalin hubungan dengan bule.

Suzie menyatakan orang-orang yang suka dengan bule tersebut bakal mendapatkan penilaian diskriminatif dari teman-temannya.

Tapi, lanjut Suzie, seseorang itu pasti bakal menjawab, “Lha cinta saya memang itu, kok”.

Namun, Suzie menegaskan orang-orang yang seperti ini bisa jadi tidak sadar terpengaruh produk poskolonialisme.

Yaitu saat seseorang melihat kulit putih selalu tampak sebagai sosok yang superior.

Walau demikian, Suzie juga merasa bahwa para orang tua baik zaman dulu maupun sekarang sering memberi pesan kepada anaknya untuk menghindari jatuh cinta kepada orang dengan etnis atau suku tertentu.

“Kamu jangan sampai jatuh cinta dengan orang yang beda agama beda etnis, atau suku yang tidak diterima keluarga besar,” terang Suzie.

Di lain sisi, meskipun masih ada orang yang mengkotak-kotakkan suatu kelompok, gelombang perubahan mengenai cinta juga mulai terjadi.

Pasalnya, Suzie menyebut jika ada tren seseorang tak lagi pandang bulu dalam menjatuhkan cintanya.

“Cinta adalah bukti demokrasi, yaitu ketika Anda bisa menikah tanpa melihat ras, suku, dan agama. Itulah standar Anda bisa menerima sepenuh hati,” ucapnya. (Tsalis)

Baca juga: Apa Saja yang Dirasakan Anak Ketika Melihat Orang Tuanya Bertengkar?