Amerika Latin, Catatan Perjalanan II

380
Gigih Mulyono, alumnus FEB UGM angkatan 1977 berbagi cerita perjalanannya yang mengesankan di Amerika Latin. Foto: Dok Pri
Gigih Mulyono, alumnus FEB UGM angkatan 1977 berbagi cerita perjalanannya yang mengesankan di Amerika Latin. Foto: Dok Pri

Oleh Gigih Mulyono Rusdi*

 

1. Dubai

Sebelum penerbangan lebih panjang ke Sao Paolo, rombongan terlebih dahulu transit di Dubai salah satu kota elok di Timur Tengah.

Di bawah bayang bayang dan hembusan virus corona yang melanda dunia, Airport Dubai masih bertahan. Tetap ramai. Pagi dini hari itu para penumpang transit dari berbagai belahan dunia lalu lalang di bandara pusat Emirates Airline. Di negeri persemakmuran Uni Emirates Arab UEA. Bandara megah modern menjulang tinggi. Bangunan gigantik dengan struktur dominan metal dan kaca itu anggun menaungi para travelers yang sejenak mampir. Sebelum kembali meneruskan perjalanan. Tak begitu banyak orang mengenakan masker. Aman, agak aman, mungkin aman, Bismillah.

Walau tidak keluar bandara, rasanya pengin juga menuliskan sedikit cerita dari kota yang ajaib ini, yang mendadak dalam tempo singkat menjadi perhatian dan dikagumi dunia.

Dubai yang pada awal abad 21 tiba tiba menjadi perhatian dunia lantaran terwujudnya Visi kuat dan besar dari seorang pemimpin. Visi yang menjelma menjadi kenyataan. Visi hebat seorang pemimpin visioner, memiliki pandangan jauh ke depan, tidak ingin hanya tergantung kepada minyak bumi. Kebetulan pemimpin tersebut juga seorang Sultan. Penguasa tertinggi negara.

Kota Sao Paolo. Foto: Dok Pri
Kota Sao Paolo. Foto: Dok Pri

Baca juga: Amerika Latin, Catatan Perjalanan I

Awak pertama kali mengunjungi Dubai awal tahun 2002. Hanya sehari semalam.

Seharian mengikuti city tour, awak dan isteri dibawa ke destinasi destinasi tradisional. Pasar rempah, pusat kain dan bulu domba, wewangian khas Timur Tengah. Pelabuhan dan dermaga lama, serta museum museum kuno dan suram tentang kehidupan suku suku tradisional padang pasir. Namun di sana sini telah terlihat mobilitas ratusan alat alat berat mondar-mandir bergerak mengerjakan sesuatu.

Lalu pada kunjungan kedua tahun 2012. Begitu keluar dari bandara, mata terbelalak… Woow… Dubai telah berubah wajah, drastis. Seperti sulapan dengan mantra sim salabim. Dalam tempo sepuluh tahun Dubai berbalik total menjadi kota sangat cantik dan modern. Ibarat gadis desa baru keluar dari salon kecantikan. Kinclong, manglingi.

Dengan berbagai atraksi, gedung gedung menjulang megah unik. Pusat pusat perbelanjaan, infrastruktur mulus, taman, lapangan golf menghijau indah, ajang balapan mobil formula dan lain-lain. Jadilah kota di pantai barat jazirah Arab ini magnet kelas global untuk berbagai aktivitas. Wisata, bisnis, olah raga, entertaiment dan sebagainya.

Burj Al Khalifa, gedung berbentuk potlot runcing menusuk langit adalah bangunan tertinggi di dunia. Di sampingnya mall of Dubai merupakan pusat belanja terbesar di Timur Tengah. Di halaman mal menghampar kolam air muncrat menari sangat besar. Setiap hari menyajikan atraksi spektakuler. Tiga puluh menit sekali dimulai pukul 18.00, atraksi menawan berbagai formasi fountain fountain air menari diiringi irama lagu berbeda-beda. Dari irama jigrag padang pasir, klasik Eropa sampai lagu pop masa kini. Pertunjukan ini tak boleh dilewatkan bagi siapa saja para traveler di Dubai. Tarian fountain air meliuk liuk indah dan megah dihujani tata lampu canggih yang begitu mempesona.

Baca juga: KAGAMA Jabar Siap Gelar Jalur Sutra untuk Hubungkan UMKM dan Destinasi Wisata Jabar-Magelang