Amerika Latin, Catatan Perjalanan II

380

Baca juga: Kawruh Jiwa dari Ki Ageng Suryomentaram Bukanlah Ajaran Kelompok Kebatinan

Burj Al Arab, Tower Rose dan gedung gedung lainnya adalah juga sebagian ikon ikon yang terserak di kota ini. Lapangan golf menghijau di padang pasir, taman bunga miracle garden menakjubkan adalah keajaiban tanaman yang tumbuh subur di padang pasir gersang.

Dubai juga tak henti henti mereklamasi sebagian lautnya. Untuk membangun pulau pulau luas, menyediakan properti properti cantik impian yang ditawarkan ke seluruh dunia. Adalah gugusan pulau Palem, kepulauan hasil reklamasi yang sangat mempesona dan mahal menjadi hunian para pesohor internasional.

Dilengkapi armada ratusan pesawat pesawat baru Emirates serta keberadaan Dubai International Airport yang sangat luas menjadikan Dubai sebagai hub untuk penerbangan International. Mengalahkan hub hub internasional yang telah ada terlebih dulu.

Dubai modern lahir dari kekuatan visi hebat dari seorang Sultan Padang Pasir. Sungguh menakjubkan.

Melihat Dubai masa kini, kembali kita menyadari betapa pentingnya visi ke depan yang hebat dari seorang pemimpin, menjadi panduan dari serangkaian tindakan tindakan.

Kota Sao Paolo. Foto: Dok Pri
Kota Sao Paolo. Foto: Dok Pri

Baca juga: Sinergi KABIOGAMA-Fakultas Biologi UGM Bagikan Paket Sembako dan Daging Kurban ke Masyarakat

2. Sao Paolo

Pagi itu dari Dubai dengan pesawat Emirates jenis lain jumbo tipe Air bus 380 bertingkat, rombongan Latam (Latin Amerika) tur melanjutkan terbang ke Sao Paolo atau Sao Paulo.

Terbang non stop selama hampir 15 jam. Take off dari Dubai melambung ke utara sebentar. Kemudian berbelok mengarah barat daya. Menjelajah angkasa Saudi Arabia. Melintasi kota Riyadh, Makkah, Jeddah. Menyeberangi laut merah. Kemudian mengudara memotong garis equator Afrika. Melintasi sungai Nil, gurun Sahara dan terus ke barat daya. Sesampai diatas Johansberg Afrika Selatan pesawat melintas lurus ke barat. Menyeberangi samudera Atlantik, sampailah pesawat tumpangan di belahan paling timur Amerika Latin.

Sore hari itu pesawat mendarat di Sao Paolo. Kota terbesar di Brazilia, negeri samba. Tujuh puluh kilometer dari pantai lautan Atlantik. Waktu Sao Paolo 10 jam lebih lambat dibanding Jakarta.

Bandara Sao Paolo cukup ramai. Petugas bandara menyuruh para pendatang melepas masker bagi yang mengenakan. Kelihatannya pemerintah ingin memberi kesan Brazil sebagai negara bebas virus korona. Karena bulan ini di Brazil sedang musim wisata. Tengah menggelar perhelatan akbar, atraksi meriah terbesar selama sebulan di kota Rio de Janeiro. Yakni festival tahunan Rio Samba Carnival. Karnaval termegah dunia yang menjadi daya tarik kuat wisatawan dari seluruh pelosok belahan bumi untuk mengunjungi negara samba Brazilia.

Malam ini kami menginap di hotel Intercontinental tengah kota. Besok kami akan city tour. Mengunjungi Kathedral megah, menyambangi stadion bola terkenal klub Sao Paolo. Juga akan menyambangi monumen banderas, monumen bendera peringatan kedatangan bangsa Portugis di Sao Paolo.

Sao Paolo were coming. Setelah perjalanan sangat panjang 26 jam. Terbang 23 jam ditambah transit 3 jam. Bersambung…[]

Salah satu sudut Bandara Dubai. Foto: Dok Pri
Salah satu sudut Bandara Dubai. Foto: Dok Pri

*Tinggal di Cibubur, Bogor. Alumnus Fakultas Ekonomi UGM jurusan Akuntansi angkatan 1977, Lulus 1983. Ex. Direktur Utama PT Pelindo 4

Baca juga: Wujud Kepedulian KBRI Pretoria kepada WNI di Afrika Selatan dalam Momen Iduladha