“LSF sebagai lembaga negara yang mempunyai tugas dan tanggung jawab menjaga masyarakat dari pengaruh negatif film tentu harus selalu mengikuti perkembangan sosial masyarakat.”
“Hal ini agar LSF berada di tengah-tengah antara menjaga masyarakat dari pengaruh film dan mendorong pertumbuhan dunia perfilman kita,” jelas Rommy.
Kedua, kata Rommy, meningkatkan branding atau pembentukan persepsi publik terhadap LSF.
Dia menilai, saat ini proses penyensoran lebih demokratis dan dialogis.
Oleh karena itu, Rommy menegaskan bahwa LSF akan selalu mengedepankan dialog dalam setiap proses penyensoran film.
Baca juga: Pelaku Ekonomi Kreatif NTB Dinilai Ekonom KAGAMA Siap Hadapi Pandemi Covid-19
Ketiga, lanjut Rommy, LSF dapat melakukan optimalisasi kelembagaan. Yakni dengan meningkatkan komunikasi dan koordinasi yang baik dengan lembaga pemangku kepentingan perfilman.
“Keempat, lebih proaktif melakukan diseminasi informasi melalui media komunikasi, terkait info-info LSF dan perfilman, khususnya melalui dunia maya,” tutur Rommy.
“Kelima, menstimulasi kesadaran masyarakat untuk memilah dan memilih tontonan.”
“Dalam artian, meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menonton film sesuai klasifikasi yang telah ditentukan,” terang lelaki kelahiran 14 Februari 1972 ini.
Baca juga: KAGAMA Sulsel Kembali Wujudkan Kepedulian untuk Melawan Covid-19
Keenam, masih kata Rommy, meningkatkan kualitas tata kelola dan tata laksana organisasi.
Yakni melalui perbaikan kultur dan manajerial yang lebih profesional, akuntabel dan responsif.
Mantan wartawan Majalah tempo ini pun mengaku akan bersinergi bersama seluruh anggota LSF periode 2020-2024.
Dia berharap masukan positif dari masyarakat dapat membangun LSF selama empat tahun mendatang. (Ts/-Th)
Baca juga: Menhub Budi Karya Teteskan Air Mata karena Doa dari Tiga Teman Sejati Bantu Dirinya Sembuh
