Baca juga: Saran Nawa Murtiyanto bagi Para Pendaki Gunung di Masa Pandemi
“Pak Didiek juga memberi saran untuk membuat kelompok supaya bisa berkelanjutan. Misalnya ada kelompok yang khusus menyemai dan kelompok yang khusus menanam.
“Sehingga benih atau bibit sayuran akan selalu bisa diproduksi lagi setelah habis masa tanamnya,” jelas Ical.
Alumnus Fakultas Kehutanan UGM itu melihat warga yang mendominasi agenda kali ini adalah kaum ibu-ibu.
Menurut Ical, mereka tampak antusias bertanya kepada narasumber.
Di tengah sesi tanya jawab itu, Didiek juga menyelingi dengan guyonan sehingga acara berlangsung dengan penuh keakraban.
Baca juga: Ketua UKM Unit Fotografi UGM: Fotografi Bukanlah Kompetisi Alat yang Paling Bagus
Sesi tanya jawab berlangsung selama kurang lebih 1 jam, dan diakhiri dengan makan siang bersama.
“Makan siang juga istimewa, karena yang disajikan adalah lele goreng dan mangut lele yang merupakan hasil panen dari program ketahanan pangan binaan KAGAMA Balikpapan,” kata Ical.
“Makan siang tetap menggunakan protocol kesehatan yaitu jaga jarak dan cuci tangan dengan sabun yang sudah disediakan pihak RT,” tambah bapak tiga orang anak ini.
Ical mengatakan, KAGAMA Balikpapan berharap program urban farming bisa berjalan sukses dan bisa diadopsi di lingkungan lain.
Dengan demikian masyarakat dapat memenuhi kebutuhan sayur mayur secara Mandiri.
Adapun urban farming merupakan program yang digagas KAGAMA Care dan KAGAMA Balikpapan sejak awal Juni lalu.
Program ini dihadirkan sebagai siasat menjaga ketahanan pangan pada masa pandemi. (Ts/-Th)
Baca juga: Relasi Kekuasaan Jadi Alasan Mengapa Kekerasan Seksual Ada di Dunia Pendidikan
